“Karena pada akhirnya bahagia hanya masalah menunggu waktu. When it
become true”
Siapa bilang bahagia
itu mudah? Dan siapa bilang bahagia itu sulit?
Setiap
manusia menuai hari hari dengan harapan ‘bahagia’ artinya bisa tersenyum dengan
lega dan tertawa dengan ria. Mungkin seperti itu.
Hari
ini setelah melewati makan siang bersama orang orang yang tetap memelihara
senyum saya (ya mereka, siapapun itu selalu berusaha menjaga senyum saya –harapan
saya), saya melewati waktu hampir 2 jam melakukan hal yang selama ini jujur belum
pernah saya pikirkan apalagi dilakukan. Dengan tawaran iseng dari seorang
sahabat yang selalu berhasil membuat saya tertawa geli, yaitu belajar di
kampusnya, masuk kedalam kelasnya, dan duduk sebagai mahasiswa di jurusan yang sama
sekali tidak pernah terpikirkan oleh saya akan se-begitu mengasyikkannya. Kebetulan
saat itu mata kuliah ‘berbicara’, dan saya sedikit bergumam ketika dia
menyebutkannya. ‘eh, apa? Unik juga nama pelajarannya’ pikir saya. Dan demi
mengisi waktu kosong siang saya saat itu, saya pun dengan hati yang tanpa ragu
dan langkah yang begitu mantap memasuki ruang belajar yang belum pernah saya
masuki tersebut. Tidak terlalu besar dan sedikit panas (karena tidak ada
pendingin), but I feel comfortable.
Tik
tik tik, waktu masih terus bergerak ria sepanjang keriaannya. Saya dan salah
satu teman yang sama sekali bukan bagian dari seorang mahasiswa mata kuliah
tersebut alias hanya duduk diruang itu tanpa izin karena tertarik oleh ajakan sahabat saya, kami menyimak kemudian mengamati dan pada
akhirnya terbengong. Kenapa?
Karena
saya tidak pernah menemukan hal yang seperti ini sebelumnya. Ini benar benar
sesuatu yang berhasil membuka mata saya. Kelas ini memiliki mahasiswa dengan
bakat bakat yang asli gokil, seru dan cerdik untuk mem-bully. Tetapi tetap santai dan berkonsentrasi pada pelajaran, hanya
saja, it’s really enjoy. Saya benar benar tidak menemukan hal yang seperti ini
sebelumnya. Kemudian teman saya yang sama statusnya seperti saya saat itu,
mungkin kami berdua bisa dikatakan ‘penyusup’, hanya saling memandang manatap
satu sama lain, kemudian melihat dosen dan penghuni kelas yang super gokil
tersebut. Dan pada akhirnya kami hanya bisa tertawa.
Saat
itu juga saya berkata pada diri sendiri. ‘mungkin inilah saatnya saya membuka
mata melihat dunia lain diluar sana, yang bagaimana cara mereka menjalani
kehidupannya dengan status yang benar benar tidak merasa terbebani (dan bukan
berarti selama ini saya terbebani, tidak juga)’. Saya juga berpikir, mungkin
karena selama ini saya selalu berkutat pada mata pelajaran hitung hitungan,
kemudian hitung hitungan kembali. Isi kepala saya penuh dengan bilangan
matematika dan rumus rumus. Dan hari ini,
I see the beautiful world, tanpa hitung menghitung, tanpa rumus matematika
atau apapun itu.
Bukan
berarti selama ini mata kuliah yang saya pelajari tidak ada sesuatu yang ‘enjoy’ di dalamnya. Hanya saja, tidak
se-enjoy yang saya alami selama
hampir 2 jam tadi bersama teman saya yang juga penyusup itu. Mungkin juga karena efek kelelahan dengan hitung hitungan, sehingga ketika ada sesuatu didepan mata tanpa mengandung unsur hitung menghitung terlihat lebih santai dan merasa bahagia. Ya mungkin, inilah
takdir. Tuhan telah memilih saya (juga teman saya) untuk menjadi penyusup dan
melihat hal lain, sebagai motivasi ataupun penyemangat hari hari yang akan saya
lalui kedepannya.
Terimakasih
untuk sahabat saya yang telah menawarkan tawaran isengnya untuk menjadi ‘penyusup’
dan berpura-pura menjadi salah satu mahasiswa di jurusannya. Saya benar benar
bahagia dan ada rasa optimis yang timbul pada diri saya. ‘Jangan memberatkan
hari hari yang kamu lalui, Tuhan benar benar telah menetapkan semuanya, Optimislah’.
Tiba tiba saya tersadar oleh pertanyaan seseorang
‘Kenapa sudah
jarang nulis lagi sekarang?’
Itu pertanyaan yang membangunkan jiwa kecil saya, dan
saya tersadar. Terimakasih untuk pertanyaanmu, sahabat.
No comments:
Post a Comment