Wednesday, April 30, 2014

Banyak Kebahagiaan Di Luar Sana



“Karena pada akhirnya bahagia hanya masalah menunggu waktu. When it become true”

Siapa bilang bahagia itu mudah? Dan siapa bilang bahagia itu sulit?
Setiap manusia menuai hari hari dengan harapan ‘bahagia’ artinya bisa tersenyum dengan lega dan tertawa dengan ria. Mungkin seperti itu.

Hari ini setelah melewati makan siang bersama orang orang yang tetap memelihara senyum saya (ya mereka, siapapun itu selalu berusaha menjaga senyum saya –harapan saya), saya melewati waktu hampir 2 jam melakukan hal yang selama ini jujur belum pernah saya pikirkan apalagi dilakukan. Dengan tawaran iseng dari seorang sahabat yang selalu berhasil membuat saya tertawa geli, yaitu belajar di kampusnya, masuk kedalam kelasnya, dan duduk sebagai mahasiswa di jurusan yang sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh saya akan se-begitu mengasyikkannya. Kebetulan saat itu mata kuliah ‘berbicara’, dan saya sedikit bergumam ketika dia menyebutkannya. ‘eh, apa? Unik juga nama pelajarannya’ pikir saya. Dan demi mengisi waktu kosong siang saya saat itu, saya pun dengan hati yang tanpa ragu dan langkah yang begitu mantap memasuki ruang belajar yang belum pernah saya masuki tersebut. Tidak terlalu besar dan sedikit panas (karena tidak ada pendingin), but I feel comfortable.

Tik tik tik, waktu masih terus bergerak ria sepanjang keriaannya. Saya dan salah satu teman yang sama sekali bukan bagian dari seorang mahasiswa mata kuliah tersebut alias hanya duduk diruang itu tanpa izin karena tertarik oleh ajakan sahabat saya, kami menyimak kemudian mengamati dan pada akhirnya terbengong. Kenapa?

Karena saya tidak pernah menemukan hal yang seperti ini sebelumnya. Ini benar benar sesuatu yang berhasil membuka mata saya. Kelas ini memiliki mahasiswa dengan bakat bakat yang asli gokil, seru dan cerdik untuk mem-bully. Tetapi tetap santai dan berkonsentrasi pada pelajaran, hanya saja, it’s really enjoy. Saya benar benar tidak menemukan hal yang seperti ini sebelumnya. Kemudian teman saya yang sama statusnya seperti saya saat itu, mungkin kami berdua bisa dikatakan ‘penyusup’, hanya saling memandang manatap satu sama lain, kemudian melihat dosen dan penghuni kelas yang super gokil tersebut. Dan pada akhirnya kami hanya bisa tertawa.

Saat itu juga saya berkata pada diri sendiri. ‘mungkin inilah saatnya saya membuka mata melihat dunia lain diluar sana, yang bagaimana cara mereka menjalani kehidupannya dengan status yang benar benar tidak merasa terbebani (dan bukan berarti selama ini saya terbebani, tidak juga)’. Saya juga berpikir, mungkin karena selama ini saya selalu berkutat pada mata pelajaran hitung hitungan, kemudian hitung hitungan kembali. Isi kepala saya penuh dengan bilangan matematika dan rumus rumus. Dan hari ini, I see the beautiful world, tanpa hitung menghitung, tanpa rumus matematika atau apapun itu.

Bukan berarti selama ini mata kuliah yang saya pelajari tidak ada sesuatu yang ‘enjoy’ di dalamnya. Hanya saja, tidak se-enjoy yang saya alami selama hampir 2 jam tadi bersama teman saya yang juga penyusup itu. Mungkin juga karena efek kelelahan dengan hitung hitungan, sehingga ketika ada sesuatu didepan mata tanpa mengandung unsur hitung menghitung terlihat lebih santai dan merasa bahagia. Ya mungkin, inilah takdir. Tuhan telah memilih saya (juga teman saya) untuk menjadi penyusup dan melihat hal lain, sebagai motivasi ataupun penyemangat hari hari yang akan saya lalui kedepannya.

Terimakasih untuk sahabat saya yang telah menawarkan tawaran isengnya untuk menjadi ‘penyusup’ dan berpura-pura menjadi salah satu mahasiswa di jurusannya. Saya benar benar bahagia dan ada rasa optimis yang timbul pada diri saya. ‘Jangan memberatkan hari hari yang kamu lalui, Tuhan benar benar telah menetapkan semuanya, Optimislah’.


Tiba tiba saya tersadar oleh pertanyaan seseorang
 ‘Kenapa sudah jarang nulis lagi sekarang?’
Itu pertanyaan yang membangunkan jiwa kecil saya, dan saya tersadar. Terimakasih untuk pertanyaanmu, sahabat.

No comments:

Post a Comment