“Do your best”
Setiap orang selalu
ingin yang terbaik. Pertanyaannya adalah, “yang
terbaik itu yang seperti apa?”
Dan
itu yang selalu hampir jadi permasalahannya. Karena definisi ‘terbaik’ bagi
setiap orang hampir sama dan hampir berbeda. Konsekuensinya apa? Hampir selalu
terjadi perdebatan.
Kemarin
saya mengikuti salah satu acara tentang ‘ghazwul
fikr’ konsepnya tentang perang pemikiran. Pengisi acaranya adalah seorang
dosen yang, bagaimana harus saya katakan, jujur saya begitu termotivasi dan sama
sekali tidak kecewa mengikuti acara tersebut dari awal hingga akhir. Karena
biasanya, keburukan saya adalah ketika pemateri dan materi yang disampaikan
tidak menarik bagi saya, saya pasti langsung mengalihkan diri dengan kegiatan
lain. Dan kali ini, sungguh saya benar benar menyimaknya dan mengajukan sebuah
pertanyaan di akhir, ketika dibuka acara untuk bertanya bagi beberapa orang.
Apa
yang membuat saya begitu tertarik dengan materi tersebut?
Hal
yang membuat saya sangat tertarik adalah karena materi ‘enjoy the process’. Karena menurut pengalaman
sebelumnya dan pengalaman orang lain juga tentunya, sesuatu yang dikerjakan
tanpa enjoy atau tidak ada asik
asiknya atau juga dengan terpaksa, tidak akan berjalan mulus pun berhasil
dengan sukses. Ibaratnya seperti melempar bola ke ring basket, jika dilempar
hanya sekedar melempar saja tanpa niat yang sungguh sungguh hasilnya adalah
bola sama sekali tidak akan masuk ke dalam ring, pun menyentuh ring.
Oleh
karena itu, kenapa ‘enjoy the process’
membuat saya benar benar menyimaknya dan memahaminya. Karena itulah hidup yang
selama ini saya lalui. Saya jadi bertanya pada diri sendiri. Sudahkah saya
melakukan ‘enjoy the process’ dalam
hidup ini?
Karena
sesungguhnya dalam hidup ini, sesuatu yang kita kerjakan sebaiknya berorientasi
pada proses bukan pada hasil. Contohnya seperti dalam beribadah. Sesungguhnya,
ibadah yang kita lakukan adalah melakukannya dengan nikmat, bukan mengharapkan nikmat pada hasil ibadah
yang kita lakukan tersebut. Ketika kita melakukan ibadah dan memohon kepada
Tuhan, sesungguhnya hal terbaik yang kita lakukan adalah bahwa kita senang dan
merasa nikmat melakukan ibadah tersebut. Urusan surga ataupun neraka hasilnya,
Tuhan lah yang berhak menentukan. Seberapa pantas kita mendapatkan surga setelah
proses yang selama ini kita lalui, atau malah sebaliknya neraka.
Dibalik
itu semua, pada hakikatnya sebuah proses itulah yang patut kita nikmati, meskipun
kita mengharapkan sebuah hasil yang indah untuk kita nikmati. Kita tidak ingin
cepat cepat mengakhiri sebuah proses ketika proses itu terlalu nikmat.
Ibaratnya seperti seorang pecandu sepak bola. Meski harus bergadang tengah
malam pun tugas deadline menanti tetap
nonton menyaksikan club tercinta yang sedang bertanding, ditambah sorak
sorakkan gembira serta tepuk tangan meriah ketika salah satu tendangan bola
berhasil masuk ke gawang pun bergaduh riakesal ketika bola menyeleweng dari
gawang. Apa yang terjadi ketika permainan bola tersebut telah usai? Tidak ada
lagi suatu kenikmatan luar biasa seperti ketika menonton pertandingan tersebut.
Yang ada hanyalah cerita cerita tentang menang atau kalah pada akhirnya.
Apa
yang terpikirkan?
Tidak
ingin mengakhirinya bukan?
Seperti
itulah ‘enjoy the process’. Ketika
kita benar benar telah enjoy dalam
suatu prosess, dan begitu nikmat
melakukan proses tersebut tentu saja tidak ingin mengakhirinya begitu cepat.
Seperti itulah hidup. Ketika saya, kamu, ataupun kita telah benar benar
menikmati proses hidup ini, kita tidak ingin mengakhirnya terlalu cepat, tidak ingin
mendapatkan suatu tujuan dalam proses ini terlalu cepat.
Because you will hope the process never be ending.
Jadi
karena kita telah melakukan suatu proses dengan nikmat, meskipun target dari sebuah
tujuan tidak terpenuhi, hasil akhirnya dapat yaitu suatu yang bisa kita nimati. Maka dari itu, jangan hanya
berorientasi pada hasil akhir, berorientasilah pada sebuah proses. Tidak ada
yang salah pada sebuah target, target juga penting dalam hidup ini, yang salah
adalah hanya berorientasi pada target akhir.
“Do your best, the process”
No comments:
Post a Comment