Suatu
hari, sebuah instagram story yang membuat saya menulis ini muncul di layar
HP. Tangkapan layar youtube dengan cover depan short movie “We” dan
sebait kisah miliknya yang relate dengan karya short movie tersebut. Sebelum
masuk ke short movie tersebut, saya ceritakan dulu isi kisah si pemillik
story ini. Diawali dengan kalimat “Bapakku seorang supir minibus…”
Ia
bercerita tentang sosok ayahnya yang bekerja sebagai supir, dan selalu mengantarnya
ke bandara saat harus berpergian dengan pesawat. Hanya sampai batas luar bandara
saja, tanpa tau isi dalamnya seperti apa. Hingga suatu hari, ia bersama anggota keluarga
lain harus membaya ayahnya berobat ke luar negeri. Saat itulah pertama kali
ayahnya mengetahu seperti apa isi bandara. Ayahnya terpana. Bayangkan, bertahun-tahun
mengantar penumpang dan anaknya ke bandara, tapi baru kali ini ia memiliki
kesempatan untuk melihat bandara yang sesungguhnya. Momen terindah, karena,…
(saya kembali menangis saat menulis kalimat ini)
Itu adalah kali pertama dan terakhir baginya melihat bandara.
Berawal
dari kisah ini, saya memiliki sebuah ekspektasi sendiri terhadap Short Movie
berjudul We tersebut. Singkat cerita, saya menjemput ekspektasi yang
sudah bermanin-main di kepala saya dari channel youtube Riuh Records. Durasinya
sekitar 12 menit, diawali dengan scene seorang anak yang menunggu ayahnya pulang
membawa laptop lalu mengakses pengumuman kelulusan. Lalu ekspektasi saya
perlahan mulai terjawab saat sebuah lagu yang berjudul “Juang Menyala”
mulai terputar di detik 03.26. Perlahan, saya tak bisa membendung tangis. Ada rasa
sesak yang mengalir di diri saya saat melihat sosok ayah di film tersebut.
“Di
matamu menemui kami yang terang
segala swara membuncah doa
tumbuhlah ampuh dan mampu
Di
senangmu menjumpai kami yang megah
setinggi langit membentang doa
tenang dan benamkan riuh
Kemana
kau bermuara
semaumu di tanganmu
terang jalan kekal
kami menunggumu bertumbuh
menyanyi menari berlari
terus menunggumu bertumbuh
besar di pangkuan mendera”
Juang Manyala ft. Cholil Mahmud & Gardika Gigih
Dari
sana, tidak ada dialog hingga beberapa menit. Tapi saya paham makna yang ingin
disampaikannya. Tergambar jelas dari sosok sang ayah. Saat sedang makan, minum
kopi, melihat anaknya berkemas, hingga saat menatap sosok anaknya dari belakang
usai meletakkan koper dibagasi mobil. Ia diam beberapa detik. Perasaannya
seperti tertahan. Hingga saat sang anak pamit pergi, matanya mulai berkaca, tapi
masih ditahan. Puncaknya adalah ketika ia kembali pulang kerumah selepas
mengantar anaknya pergi, ia melihat kue yang tadi diletakkan anaknya. Untuk sesaat
ia terdiam sambil mengenang momen-momen bersama. Berusaha keras untuk tegar dan
kuat. Tapi itu semua tidak bertahan. Gigitan pertama kue, air matanya menetes
setelah berusaha keras.
Seperti
apa rasanya melepas sang anak?
Mungkin seperti sosok ayah di short movie berjudul “We” ini. Sosok yang selalu terlihat tegar dan tidak ekspresif dalam mengungkapkan perasaannya.
Dan
lagu “Juang Menyala” ini rasanya sangat cocok. Sangat! Mungkin jika soundtracknya
musik yang lain, perasaan yang sampai saat saya menontonnya akan berbeda.
Saat
menulis ini, saya kembali menontonnya sekali lagi. Dan rasanya tetap sama.
Saya
jadi melihat karakter “bapak” yang sesungguhnya. Ending film ini ditutup
dengan scene yang indah. Di mana saat bapak menelepon anaknya, lalu diberikan
hp tersebut ke istrinya. Dan, ya. Silahkan ambil sendiri kesimpulannya. Bagi
saya, ini masuk list short movie terbaik, setelah beberapa
waktu lalu menonton “Tenang”.
Apakah
kalian menemukan karakter “Bapak” di film ini?
Terima
kasih telah membuat short movie ini.
(saya kembali menangis saat menulis kalimat ini)
Itu adalah kali pertama dan terakhir baginya melihat bandara.
segala swara membuncah doa
tumbuhlah ampuh dan mampu
setinggi langit membentang doa
tenang dan benamkan riuh
semaumu di tanganmu
terang jalan kekal
kami menunggumu bertumbuh
menyanyi menari berlari
terus menunggumu bertumbuh
besar di pangkuan mendera”
Juang Manyala ft. Cholil Mahmud & Gardika Gigih
Mungkin seperti sosok ayah di short movie berjudul “We” ini. Sosok yang selalu terlihat tegar dan tidak ekspresif dalam mengungkapkan perasaannya.
No comments:
Post a Comment