Tuesday, February 26, 2019

Lepaskan

Saya ingin mengawali tulisan ini dengan sebuah lagu:

Hatiku redup karenamu
Saat kau pergi tinggalkanku
Cinta yang hilang karenamu
Saat engkau sakiti aku
Saat engkau lukai aku

Biarkan ku pergi
Tinggalkan cinta ini
Biarkan ku pergi
Lupakan semua ini
Fourtwnty  - Biarkan Pergi

Seminggu terakhir, saya sering memutar lagu-lagunya Fourtwnty. Alasannya sederhana, suatu hari saya menemukan beberapa lagu Fourtwnty  yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Sebut saja; Biarkan Pergi, Tak Selalu Indah, Hitam Putih, Jangan Buatku Marah, Menari Bersama Pelangi, Bukan Untukku, Realita. Beberapa lagu yang sudah lama, namun benar-benar baru saya dengar beberapa hari lalu.

Ok, terlepas dari lagu Fourtwnty, ada hal yang ingin saya tulis. Mungkin terkesan curhat, tetapi izinkan saya menulis dengan irama saya sendiri, dengan melodi pemikiran saya sendiri. Jangan paksa alurnya akan seperti apa, cukup nikmati. Jika tak bermakna buatmu, tak perlu dilanjutkan. Hubungan kita cukup sampai di sini aja. Ok.

Beberapa minggu lalu, mungkin sekitar awal Februari, ada rasa lelah juga penat yang silih berganti. Saya memutuskan untuk menyikapi segalanya sesantai mungkin. Pagi sampai sore saya harus bekerja, pulang pukul 6 sore. Sepanjang hari sibuk menatap layar komputer dan kamera, juga HP. Malam hari disibukkan oleh aktifitas desain kebutuhan komunitas ini, edit video komunitas itu, membantu pengolahan data teman, sehingga membuat tidur saya paling cepat pukul 12 malam. Beberapa hari kemudian, mata saya sering merasa perih, diterpa butir-butir air mata tanpa sebab. Kemudian hari, mata kiri saya sering berdenyut. Denyutan tersebut kian bertambah setiap hari, hingga terasa hampir disetiap menit berdenyut. Saya pasrah.

Suatu hari, saya sedang melakukan tapping video dengan seorang dokter muda. Singkat cerita, ternyata ia adalah abang leting di sekolah dahulu. Setelah tapping selesai, saya memanfaatkan waktu untuk konsultasi gratis dengannya sambil merapikan peralatan. Saya bercerita tentang  minus mata yang kian bertambah kemudian bertanya seputar mata saya yang sering berdenyut. Ia menyuruh saya untuk mengurangi pekerjaan di depan komputer/laptop. Beberapa deadline yang harus dikerjakan, membuat saya memiliki waktu yang begitu minim untuk mengistirahatkan mata. Ya, mengingat beberapa minggu ini mata saya memang bekerja ekstra didepan layar, ada benarnya mengikuti sarannya. Selain berefek pada mata, ternyata hal tersebut membuat mood saya sering tidak terkendali pada beberapa momen.

Selama 1 minggu lebih saya tidak pernah menyentuh laptop lagi di malam hari. Itu benar-benar saya lakukan demi mata tercinta, agar tidak berdenyut dan merasa over kelelahan lagi. Tapi, yang namanya K (sebut saja begitu, K) tidak pernah benar-benar bisa menjadi kalem tanpa melakukan apa-apa, bahkan diwaktu malamnya, saat orang-orang lebih memilih untuk beristirahat. Saya lebih memilih membaca buku yang baru saya beli beberapa hari lalu. Sisanya saya benar-benar istirahat. Tidur jam 11 dan tentu saja nyenyak.

Hasilnya, denyutan mata saya kian berkurang. Dan bahkan ketika saya menulis ini, denyutan mata benar-benar sudah hilang. Tetapi, dibalik kejadian itu semua, ada sesuatu yang sedang saya pahami. Tentang semua ini, “untuk apa?” tanya saya pada diri sendiri. Bermalam-malam, saya mencoba menemukan jawaban, hingga pada akhirnya saya rasa harus melepaskan.

Melepaskan sesuatu, 1, 2 atau bahkan 3 kegiatan. Untuk apa? Karena pada akhirnya, setelah melewati ini, seharusnya saya sadar, saya harus bisa mencintai diri sendiri. Menjaga kesehatan diri. Jadi, saya memutuskan untuk jatuh cinta pada diri sendiri.

Ku berjalan terus meninggalkan semua
Yang pernah terjadi dalam hidup ini
Kukepakkan sayap kecil ku menuju sesuatu yang indah
Didalam perjalanan ku menemukan sesosok hawa yang membuatku bahagia
Air mata ku kini pun telah sirna berubah menjadi tawa

Kini aku tersenyum lagi
Menari bersama pelangi
Kini aku bisa berlari
Mencari sesuatu yang indah untukku
Fourtwnty – Menari Bersama Pelangi

Lepaskan yang telah hilang, perjuangkan yang masih tersisa
Tak menjadi masalah untuk melepaskan, bukan?

No comments:

Post a Comment