Apa
yang terlintas dipikiran kamu ketika mendengar kata “DIET”?
Ingin kurus?
atau
Mengurangi makan?
Bagaimana
jika kita ganti dengan:
Ingin menjaga
lingkungan
dan
Mengurangi jumlah produksi
sampah.
Loh,
mengapa diet memiliki hubungan dengan lingkungan dan sampah?
Ya
tentu saja, karena kali ini saya akan menulis tentang Diet ala Generasi Millennial,
yaitu Diet Sampah Plastik.
Poin
pertama.
Ingin menjaga
lingkungan.
Kenapa
lingkungan harus dijaga?
Karena
sebenarnya hidup sehat itu berawal dari lingkungan yang bersih; bersih dari
sampah, memiliki udara yang segar, dan air yang bersih. Nah, sebagai generasi millennial,
seharusnya kita bisa lebih cerdas dalam menjaga lingkungan. Lingkungan yang tidak
terawat akan berdampak pada diri kita sendiri, bahkan bisa menurun hingga anak
cucu nanti. Sangat disayangkan jika anak cucu kelak, hanya mengenal dongeng
tentang lingkungan yang bersih, tanpa mereka tau bagaimana rasanya hidup aman
dan nyaman.
Poin
kedua.
Mengurangi jumlah produksi
sampah.
Berdasarkan
berita dari CCN Indonesia, Negara Indonesia menjadi negara penyumbang sampah plastik
terbesar kedua dunia. Data dari Jambeck (2015), Indonesia berada di peringkat
kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai sebesar 187,2 juta
ton setelah Cina yang mencapai 262,9 juta ton. Filipina berada diurutan ketiga yang
menghasilkan sampah plastik ke laut mencapai 83,4 juta ton, diikuti Vietnam
yang mencapai 55,9 juta ton, dan Sri Lanka yang mencapai 14,6 juta ton per
tahun.
Bisa
dibayangkan, menjadi warga yang negaranya merupakan penyumbang sampah plastik ke
laut terbesar kedua sedunia. Padahal negara kita memiliki wilayah laut yang
sangat luas. Tetapi sangat disayangkan ketika hal itu justru membuat sampah plastik
dibuang ke laut. Bukan hanya itu. Penelitian lebih spesifik dilakukan oleh Joleah B. Lamb, dkk (2018) yang berjudul Plastic
Waste Associated with Disease on Coral Reefs, menunjukkan bahwa sampah
plastik paling banyak ditemukan di Indonesia, yaitu 25,6 bagian per 100m2
terumbu karang di lautan. Hingga pada tanggal 19 November lalu, berita yang cukup
menyedihkan terjadi di pesisir pantai Pulau Katopa, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi
Tenggara. Seekor ikan paus jenis sperma dengan panjang 8 meter lebih ditemukan
mati terdampar. Dalam perut paus tersebut ditemukan sampah plastik seperti
botol plastik, piring plastik, gelas plastik, tali raffia, sobekan terpal,
sandal jepit, hingga botol parfum. Sebuah kondisi yang sangat memprihatinkan.
Sumber Foto |
Bagaimana?
Setelah melihat foto diatas, memilih menjadi gererasi millennial yang cerdas
atau sebaliknya?
Yuk,
sama-sama kita jaga bumi ini, kita cintai lingkungan. Sebab, dari sinilah kita
hidup. Dari udara inilah anak cucu kita akan lahir kelak. Jangan biarkan
lingkungan bersih tinggal cerita dongeng bagi mereka. Melihat fakta tentang
jumlah sampah plastik yang begitu banyak, mari sama-sama kita kurangi pemakaian
plastik.
Tidak
harus menjadi seorang aktivis lingkungan. Hal-hal kecil dan aksi sederhana
untuk diet sampah plastik bisa kita mulai dari diri sendiri.
Ada
begitu banyak cara yang bisa kita lakukan.
Pertama, diet sedotan plastik.
Berita
dari Republika “Fakta eco watch.org menyebutkan di dunia ada 500 juta sedotan
plastik dipakai setiap hari. Bahkan di Amerika Serikat angkanya mencapai 175
juta sedotan plastik yang dipakai setiap hari.” Data Divers Clean Action (DCA)
menyebut pemakaian sedotan plastik di Indonesia mencapai 93.244.847 batang,
berasal dari restoran, minuman kemasan, dan sumber lainnya. Jumlah konsumsi
sedotan per hari ini jika disusun memanjang, panjangnya akan mencapai 16.784 km
atau setara dengan jarak Jakarta-Mexico City. Jika diakumulasi seminggu,
panjangnya bisa mencapai 117.449 km atau setara dengan jarak tiga kali keliling
bumi.
Bisa
kalian bayangkan, sebanyak apa tumpukan sedotan plastik tersebut?
Nah,
sekarang sudah saatnya kita beralih pada sedotan berbahan stainless, kaca, ataupun
bambu. Sedotan ini bisa dipakai berkali-kali. Dengan cara seperti ini, kita
sudah membantu lingkungan agar tidak tercemar dari sedotan plastik. Jangan khawatir,
sedotan seperti ini bisa dibersihkan bagian dalamnya, kok. Jika biasanya setiap hari kita menggunakan 3 sedotan plastik,
semingga bisa mencapai 21 sedotan plastik! Dengan sedotan berbahan ini (stainless,
kaca, ataupun bambu), setiap dari kita sudah mengurangi 21 sedotan plastik setiap
minggunya.
Sumber Foto |
Kedua, berbelanja dengan tote bag atau tas.
Setiap
berbelanja, penjual selalu memasukkan barang belanjaan ke dalam tas plastik.
Coba kita pikir-pikir lagi, dalam sehari ada berapa kali kita berbelanja dengan
menggunakan plastik yang berbeda? 5? 10? Atau bahkan mencapai 50 kantong
plastik?
Katanya
ingin menjadi generasi millennial yang cerdas. Mari kita ganti kantong belanja
dari plastik ke toot bag atau tas –sesuatu
yang bisa kita pakai berulang kali. Dengan cara ini, tentu kita sudah menjadi
bagian dari penyelamatan lingkungan. Say
no to plastic bag!
Ketiga, membawa kotak makanan dan botol minum sendiri.
Biasanya,
kalau beli nasi bungkus diwarung, pasti nasinya dibungkus dengan kertas, kan!.
Iya dong, namanya juga nasi bungkus. Nah, sekarang mari kita ubah mindset, bahwa nasi bungkus tidak selalu
harus dibungkus dengan kertas. Kita bisa membawa tempat makan yang kita punya
ke warung, kemudian nasi yang kita beli bisa dimasukkan dalam kotak makan,
tanpa harus menggunakan bungkusan plastik maupun Styrofoam. Dan, bawa botol
minuman sendiri. Kalau kata anak millennial sih, tumbler. Dengan membawa
tumbler sendiri, kita tidak perlu lagi membeli air minum kemasan baik dalam
botol maupun gelas. Dengan begitu, kita sudah berpartisipasi dalam mengurangi
sampah plastik di bumi tercinta ini.
Sebagai
generasi millennial, masih banyak cara lain yang bisa kita lakukan untuk
menjaga lingkungan ini. Yang terpenting adalah, niat dan dimulai dari diri
sendiri. Ingat, hal baik selalu lahir dari hal-hal positif. Be a positive person for our environment.
No comments:
Post a Comment