Friday, December 7, 2018

Diet (Sampah Plastik)


Apa yang terlintas dipikiran kamu ketika mendengar kata “DIET”?

Ingin kurus?
atau
Mengurangi makan?

Bagaimana jika kita ganti dengan:
Ingin menjaga lingkungan
dan
Mengurangi jumlah produksi sampah.

Loh, mengapa diet memiliki hubungan dengan lingkungan dan sampah?
Ya tentu saja, karena kali ini saya akan menulis tentang Diet ala Generasi Millennial, yaitu Diet Sampah Plastik.

Poin pertama.
Ingin menjaga lingkungan.
Kenapa lingkungan harus dijaga?

Karena sebenarnya hidup sehat itu berawal dari lingkungan yang bersih; bersih dari sampah, memiliki udara yang segar, dan  air yang bersih. Nah, sebagai generasi millennial, seharusnya kita bisa lebih cerdas dalam menjaga lingkungan. Lingkungan yang tidak terawat akan berdampak pada diri kita sendiri, bahkan bisa menurun hingga anak cucu nanti. Sangat disayangkan jika anak cucu kelak, hanya mengenal dongeng tentang lingkungan yang bersih, tanpa mereka tau bagaimana rasanya hidup aman dan nyaman.

Poin kedua.
Mengurangi jumlah produksi sampah.
Berdasarkan berita dari CCN Indonesia, Negara Indonesia menjadi negara penyumbang sampah plastik terbesar kedua dunia. Data dari Jambeck (2015), Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai sebesar 187,2 juta ton setelah Cina yang mencapai 262,9 juta ton. Filipina berada diurutan ketiga yang menghasilkan sampah plastik ke laut mencapai 83,4 juta ton, diikuti Vietnam yang mencapai 55,9 juta ton, dan Sri Lanka yang mencapai 14,6 juta ton per tahun.

Bisa dibayangkan, menjadi warga yang negaranya merupakan penyumbang sampah plastik ke laut terbesar kedua sedunia. Padahal negara kita memiliki wilayah laut yang sangat luas. Tetapi sangat disayangkan ketika hal itu justru membuat sampah plastik dibuang ke laut. Bukan hanya itu. Penelitian lebih spesifik dilakukan oleh Joleah B. Lamb, dkk (2018) yang berjudul Plastic Waste Associated with Disease on Coral Reefs, menunjukkan bahwa sampah plastik paling banyak ditemukan di Indonesia, yaitu 25,6 bagian per 100m2 terumbu karang di lautan. Hingga pada tanggal 19 November lalu, berita yang cukup menyedihkan terjadi di pesisir pantai Pulau Katopa, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Seekor ikan paus jenis sperma dengan panjang 8 meter lebih ditemukan mati terdampar. Dalam perut paus tersebut ditemukan sampah plastik seperti botol plastik, piring plastik, gelas plastik, tali raffia, sobekan terpal, sandal jepit, hingga botol parfum. Sebuah kondisi yang sangat memprihatinkan.


Sumber Foto

Bagaimana? Setelah melihat foto diatas, memilih menjadi gererasi millennial yang cerdas atau sebaliknya?

Yuk, sama-sama kita jaga bumi ini, kita cintai lingkungan. Sebab, dari sinilah kita hidup. Dari udara inilah anak cucu kita akan lahir kelak. Jangan biarkan lingkungan bersih tinggal cerita dongeng bagi mereka. Melihat fakta tentang jumlah sampah plastik yang begitu banyak, mari sama-sama kita kurangi pemakaian plastik.

Tidak harus menjadi seorang aktivis lingkungan. Hal-hal kecil dan aksi sederhana untuk diet sampah plastik bisa kita mulai dari diri sendiri.

Ada begitu banyak cara yang bisa kita lakukan.
Pertama, diet sedotan plastik.
Berita dari Republika “Fakta eco watch.org menyebutkan di dunia ada 500 juta sedotan plastik dipakai setiap hari. Bahkan di Amerika Serikat angkanya mencapai 175 juta sedotan plastik yang dipakai setiap hari.” Data Divers Clean Action (DCA) menyebut pemakaian sedotan plastik di Indonesia mencapai 93.244.847 batang, berasal dari restoran, minuman kemasan, dan sumber lainnya. Jumlah konsumsi sedotan per hari ini jika disusun memanjang, panjangnya akan mencapai 16.784 km atau setara dengan jarak Jakarta-Mexico City. Jika diakumulasi seminggu, panjangnya bisa mencapai 117.449 km atau setara dengan jarak tiga kali keliling bumi.

Bisa kalian bayangkan, sebanyak apa tumpukan sedotan plastik tersebut?
Nah, sekarang sudah saatnya kita beralih pada sedotan berbahan stainless, kaca, ataupun bambu. Sedotan ini bisa dipakai berkali-kali. Dengan cara seperti ini, kita sudah membantu lingkungan agar tidak tercemar dari sedotan plastik. Jangan khawatir, sedotan seperti ini bisa dibersihkan bagian dalamnya, kok. Jika biasanya setiap hari kita menggunakan 3 sedotan plastik, semingga bisa mencapai 21 sedotan plastik! Dengan sedotan berbahan ini (stainless, kaca, ataupun bambu), setiap dari kita sudah mengurangi 21 sedotan plastik setiap minggunya.

Sumber Foto

Kedua, berbelanja dengan tote bag atau tas.
Setiap berbelanja, penjual selalu memasukkan barang belanjaan ke dalam tas plastik. Coba kita pikir-pikir lagi, dalam sehari ada berapa kali kita berbelanja dengan menggunakan plastik yang berbeda? 5? 10? Atau bahkan mencapai 50 kantong plastik?
Katanya ingin menjadi generasi millennial yang cerdas. Mari kita ganti kantong belanja dari plastik ke toot bag atau tas –sesuatu yang bisa kita pakai berulang kali. Dengan cara ini, tentu kita sudah menjadi bagian dari penyelamatan lingkungan. Say no to plastic bag!


Ketiga, membawa kotak makanan dan botol minum sendiri.
Biasanya, kalau beli nasi bungkus diwarung, pasti nasinya dibungkus dengan kertas, kan!. Iya dong, namanya juga nasi bungkus. Nah, sekarang mari kita ubah mindset, bahwa nasi bungkus tidak selalu harus dibungkus dengan kertas. Kita bisa membawa tempat makan yang kita punya ke warung, kemudian nasi yang kita beli bisa dimasukkan dalam kotak makan, tanpa harus menggunakan bungkusan plastik maupun Styrofoam.  Dan, bawa botol minuman sendiri. Kalau kata anak millennial sih, tumbler. Dengan membawa tumbler sendiri, kita tidak perlu lagi membeli air minum kemasan baik dalam botol maupun gelas. Dengan begitu, kita sudah berpartisipasi dalam mengurangi sampah plastik di bumi tercinta ini.

Sebagai generasi millennial, masih banyak cara lain yang bisa kita lakukan untuk menjaga lingkungan ini. Yang terpenting adalah, niat dan dimulai dari diri sendiri. Ingat, hal baik selalu lahir dari hal-hal positif. Be a positive person for our environment.

No comments:

Post a Comment