“Jangan lupa bertemu orang-orang
baru. Dengar cerita mereka, bila sempat, perdengarkan ceritamu.” –K
Saya
mengulang kalimat yang pernah saya tuliskan dipostingan sebelumnya.
Kenapa?
Karena
inilah yang terjadi dalam waktu beberapa dekat ini.
Setiap
rasa kecewa bisa datang menghampiri tanpa menunggu kita siap. Siap untuk apa?
Tentu saja untuk menghadapi perasaan itu –kegagalan itu. Nah, kalau sudah
terlanjur, kira-kira kita bisa apa ya?
Seperti
quote yang pernah saya tuliskan, dan
kembali saya tuliskan.
“Jangan
lupa bertemu orang-orang baru. Dengar cerita mereka, bila sempat, perdengarkan
ceritamu.”
Benar,
ada baiknya, bertemu orang-orang baru, dan dengar cerita mereka. Minimal, meski
tidak bertemu orang baru, duduk dan dengarkan cerita serta kisah hidup
orang-orang. Bisa itu orang yang kita temui setiap hari, seminggu sekali, atau
bahkan teman lama yang jarang bertemu. Kenapa? Karena dengan mendengar
cerita-cerita mereka, otomatis ruang lingkup berpikir kita akan menjadi lebih
longgar. Longgar dari apa? Dari rasa sesak yang membuat kita merasa kecewa.
Kerap
kali, rasa sesak yang memenuhi isi kepala kita justru membuat kita semakin
merasa tidak berarti dan membuat kita berpikir; betapa bodohnya kita. Berhari-hari dipenuhi ilusi negatif tentang
diri sendiri, sama sekali tidak membuka jalan bagaimana caranya keluar dari rasa kecewa ini. Dan, seharusnya
disitulah tubuh kita memulai, meski berlawanan dengan hati. Kita harus bertemu
orang-orang, duduk, dengarkan cerita mereka. Resapi setiap kisah mereka. Pelan,
perlahan.
Nanti,
jika sudah berada dititik “Kenapa masih
harus kecewa? Toh, saya masih bisa begini, bisa begitu.” Kita akan sadar,
bahwa seharusnya rasa kecewa mengajarkan
kita 1 langkah untuk melawan rasa takut, 1000 langkah untuk terus berjuang.
No comments:
Post a Comment