Thursday, July 19, 2018

K.A.U


Aku membuka gagang pintu perlahan “cekreeek”, berjalan pelan, menapaki satu persatu langkah dengan hati-hati. Jantungku semakin berdebar, berharap sosok yang akan ku pandang dalam sekian detik ke depan menebarkan sebuah senyuman. Langkah ku tiba di pintu ruangan kecil yang tak tertutup. Aku menatapnya, duduk sambil memandang layar laptop dihadapannya. Wajahnya tak berpaling, meski langkahku semakin mendekat.

Ku netralkan kembali degup jantung. Meletakkan tas yang terasa begitu berat, padahal hanya kertas-kertas kosong. Atau memang beban hidup yang sudah begitu kental, terbawa kemana kakiku melangkah. Aah, seharusnya ku letakkan saja di tanah dekat sungai yang ku lewati tadi, agar pergi terbawa arus. Biar saja bermuara ke lautan, aku tak lagi peduli. Sebab yang ku hadapi saat ini, adalah sesuatu yang telah mengubah hidupku.

“Lelah?” tanyanya.
Aku mengumpulkan energi, mencari sisa oksigen diruangan.
“Begitulah. Kau sedang apa?”
Ia memamerkan senyumnya. Memberi kode dengan mata dan alis bergerak, agar aku melihat langsung di layar laptop.
Aku mendekatkan diri. Semakin mendekat, semakin aku kehilangan oksigen.
Sejenak aku berhenti bernafas, menuruti permintaannya. Beberapa detik, aku tersenyum. Kemudian menarik diri, sebisa mungkin ingin menjauh. Rasanya aku bisa. Tetapi, akhirnya aku hanya duduk di sampingnya. Memandang butir butir oksigen yang ku harap bisa segera ku peluk.

THE END

No comments:

Post a Comment