Puisi terakhir Soe Hok Gie
"Dari Tiada ke Tiada"
Ada
orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah,
ada
orang yang menghabiskan waktunya berjudi di miraza,
tapi
aku ingin habiskan waktuku disisimu sayangku, bicara tentang anjing-anjing kita
yang nakal dan lucu, atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah
mandalawangi.
Ada
serdadu-serdadu amerika yang mati kena bom di danau,
ada
bayi-bayi yang mati lapar di biafra,
tapi
aku ingin mati di sisimu manisku, setelah kita bosan hidup dan terus
bertanya-tanya, tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu.
Mari
sini sayangku, kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku.
tegaklah
ke langit luas atau awan yang mendung.
Kita
tak pernah menanamkan apa-apa, kita tak akan pernah kehilangan apa-apa.
Nasib
terbaik adalah tidak pernah dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda,
dan yang tersial adalah berumur tua.
Berbahagialah
mereka yang mati muda.
Makhluk
kecil kembalilah dari tiada ke tiada, berbahagialah dalam ketiadaanmu.
Kenapa tiba-tiba posting
puisi Soe Hok Gie? Karena tiba-tiba terputar di playlist *&%#”>(@#<?}{(^#>?$
Diksinya tinggi sekali, kan. Ya
wajar, namanya juga Soe Hok Gie. Seorang aktivis fenomenal yang berperan
penting dalam masa orde lama – orde baru. Gie
lulusan Sastra Universitas Indonesia. Wajar saja, tulisannya bagus (read: tajam dan penuh kritik). Buku
harian Gie dengan judul “Catatan Seorang Demonstran” terbit tahun 1983. Wah, keren ya buku harian loh. Tapi
jangan salah, walaupun saya enggak
pernah baca buku Gie, katanya (hasil googling)
buku harian tersebut berisi tentang pengalamannya terhadap aksi demokrasi.
*Kalau buku harian kamu
isinya apaan? kriiiikk kriiikk . . . . . . .
Well, saya enggak suka
politik. Jadi jangan bahas-bahas politik. Saya cuma suka sama puisinya Gie –
Dari Tiada Ke Tiada, yang dibacakan oleh Nicholas Saputra dalam film “GIE”
tahun 2005. Sekedar informasi, saya baru nonton film itu sekitar tahun 2012
atau 2013. Jadi sudah cukup bisa menghayati puisinya Gie. Terasa ala ala melankolis tapi membakar
semangat dengar puisi itu.
Jadi, yang hobinya melankolis tapi cita-citanya membakar semangat (*freak) saya saranin deh sering-sering
baca/dengar puisinya Gie.
No comments:
Post a Comment