“Apa rasanya jadi orang kepercayaan?
Mungkin ibaratnya seperti diberi segenggam
benih, di amanahkan untuk menumbuhkannya dan lihat tunas apa yang kemudian muncul.”
- Kem
Saya ingat, beberapa waktu lalu saya
pernah menjadi orang pertama yang diberi kesempatan untuk menjadi telinganya.
Bukan hanya sekedar telinga tempatnya menitipkan segala rasa kesenangan atau
kesedihan, tapi tentang rasa yang membuatnya hidup diantara kata “lanjut” atau “berhenti”.
Bahwa kesempatan saya menjadi telinga yang mampu menempatkan segala ceritanya
adalah langkah awal untuk mengerti sisi lain dari hidupnya.
Saya ingat. Bahkan saat itu saya bukan
orang terbaik yang mampu menemani waktu-waktu lemahnya, apalagi menguatkannya.
Tetapi yang saya ingat, saya selalu berusaha menjadi telinga yang tepat
untuknya. Bahkan seperti beberapa saat lalu.
Terkadang saya bertanya. Apa hal yang
membuatnya begitu yakin menempatkan saya sebagai telinga pertama yang akan
mendengar kisahnya. Bahkan saya sendiri tidak pernah menempatkannya pada posisi
seperti itu. Bukan, bukan karena ia tak pandai menjadi telinga untuk setiap
kisah saya. Percayalah, dia orang yang mampu membangkitkan tenaga bahkan
menjadi motivator bagi saya. Hanya saja
ia belum pernah menjadi telinga pertama bagi saya, tetapi ia hampir selalu
masuk dalam sederet telinga yang menjadi pendengar terbaik.
Saat menulis ini, saya masih ingat
raut wajahnya yang sendu namun tegar. ‘Kamu
begitu kuat. Saya rasa, bila saya berada diposisi kamu saat ini, entahlah apa
saya masih mampu berjuang menghadapi semuanya seperti yang kamu lakukan’.
Saya berkata padanya, bila kisah ini terlalu sulit untuk
diceritakan, tidak apa, tidak masalah, kau tak perlu cerita. Tetapi, sinar
matanya memancarkan rasa kepercayaan. Ah, harus seperti apa lagi hati ini
bersikap jika telinga harus tetap mendengarnya. Saya sudah pernah menjadi
telinga pertama untuknya, bukankah tidak ada alasan untuk menolaknya kali ini?
Hei, kamu. Terimakasih sudah
menempatkan saya pada deret pertama sebagai orang kepercayaanmu. Terimakasih,
sudah menjawab semua pertanyaan saya tanpa ragu. Tidak banyak kalimat yang bisa
saya berikan, apalagi motivasi seperti yang biasanya kau lakukan. Tetapi
percayalah satu hal. Saya bangga sama kamu, bangga karena kamu sudah sekuat
ini. Jangan menyerah dan membiarkan kelemahan menyerang kekuatanmu.
Perjalananmu sudah sejauh ini, jangan melangkah ke belakang kembali.
Good
luck, bro.
No comments:
Post a Comment