Wednesday, July 29, 2015

To Me, You and Them



Dear 27 Juli 2015

Entah secepat apa waktu berlalu, akhirnya umur saya memasuki kepala dua (sebutan orang-orang) yaitu 20 tahun. Umur yang semakin matang dan semakin dewasa. Semoga semuanya akan berjalan lebih baik.

Saya menerima kado istimewa tepat jam 12 malam. Katamu, lihat ke bawah kolong tempat tidur saya, dan di sana saya menemukan sebuah bingkisan boneka dan seikat bunga cantik. Kamu membuat saya harus speechless. Bagaimanapun itu, saya benar-benat tidak biasa menguasai diri saya saat itu, melihat kado pertama yang saya dapatkan. Ya, pada akhirnya saya sudah tau bahwa kamu telah lebih dulu bersekongkol dengan keluarga saya untuk melakukan ini. Taktik mu hebat, saya merasa terpesona.

Ya, Agra.
Saya pikir, setelah waktu berlalu sejauh ini, mungkin kita akan saling melihat ke depan, menata sesuatu yang lebih indah. Entah itu masa depan, atau sekedar melupakan masa lalu. Tetapi saya rasa, tidak ada yang lebih baik dari kedua hal tersebut.

Malam menjelang pagi itu, kebahagiaan saya tidak berhenti. “The only one sister” saya mengupload sebuah video tentang foto-foto kami dan membubuhkan doa-doa serta harapannya untuk sang adik yang sedang berulang tahun ini. Selain itu, partai sepupu-sepupu kece saya (kaka yang, nurul dan raja) mengetuk-ngetuk pintu sambil membawa cake dengan beberapa buah lilin. Saya kembali harus speechless. Kenapa? mungkin karena ini kali pertama saya mendapat kunjungan cake tengah malam seperti ini, atau ini kali pertama saya mendapat kado-kad indah serta doa tengah malam kemudian di susul cake cantik dari mereka. Apapun itu, saya bersyukur karena Tuhan telah menitipkan orang-orang hebat seperti mereka, yang  berkorban untuk membuat saya bahagia.

Keesokannya, kata-katamu “kita jalan-jalan seharian” itu membuat saya merasa akan bahagia hari itu. Ternyata benar. Mulai dari segelas ice cream favorite saya, kemudian di susul kejutan makan siang dengan lilin indah yang seakan menari-nari dipiring, juga lilin angka 20 yang bersinar redup dalam cahaya ‘glamor’ katamu. “Kita menghabiskan waktu bersama, hanya kebahagiaan”.

Entahlah, ada surprise ‘mengharukan’ seperti apa lagi yang sedang atau telah kamu ciptakan. Hingga menjelang sore, hujan yang tidak masuk dalam hitungan surprise mu itu hadir, nyaris menggagalkan rencana-rencana indahmu itu. Katamu, kita akan melihat ombak, tentu saja saya sangat senang (sebelum saya tau ada gerangan apa di antara ombak-ombak itu). Tetapi, lagi-lagi setelat berteduh ria dengan cipratan air hujan, ia pun tak kunjung berhenti, hingga kita shalat asar di sebuah mesjid. Saya suka main feeling, kamu sedang merencakan sesuatu ‘lagi’. Ternyata benar.

Usai shalat kamu mengajak saya ke sebuah tempat, di mana sudah menanti sahabat-sahabat indah saya di sana. Ela dan Raedi, pasangan sahabat yang terus bersinar. Untuk sesaat, Ela terus menceramahimu. Bagaimana tidak, sekilas dari pembicaraan mereka yang berhasil saya dengar, ia sudah menunggu kedatangan kita dari jam 2 di tempat yang kamu janjikan ‘melihat ombak’ namun hingga jam 5 kita tidak muncul-mulcul. Kamu membalasnya, dengan mengatakan bahwa janjimu adalah sore bukan jam 2, blablabla, . . .. Lagi pula hari hujan tanpa berhenti, perjalanan kita mengalami kemacetan untuk melihat ombak itu. Ah, sudahlah. Mari rayakan hari kebahagiaan saya ini, jangan bertengkar lagi.

Saya dan Ela saling melepas rindu, berpelukan cipika cipiki. Kemudian Ela dan Raedi membawa sekotak donat dengan lilin-lilin kembang api yang sudah terbakar dan sekantong plastik berisi hadiah. Saya meniup lilin itu bersama agra, lucunya, sudah berkali-kali lilin tersebut di tiap, ia tak kunjung padam. Lebih anehnya lagi, setelah lilin-lilin tersebut mulai padam satu persatu, ketika hembusan angin dari mulut saya dengan niat memadamkan api pada lilin yang lain, tiba-tiba lilin yang sudah padam tersebut kembali hidup. Entahlah, saya kewalahan sendiri   meniup lilinya, sedangkan mereka tertawa melihat tingkah konyol yang tidak saya ciptakan itu.

Kita mengambil beberapa foto dengan pose yang berbeda-beda, kemudian memakan donat-donat tersebut diiringi colet-colet cokelat sana sini. And now, I will stop talking nonsense about them. They are the best story in my life.

Saya merasa bersyukur. Terima kasih Tuhan untuk segala Rahmat dan kasih sayang –Mu untuk saya hari ini, dan untuk hari-hari yang telah saya miliki pun yang akan saya miliki.

Hei, kamu.
Kau tau? Sampai saat ini terkadang saya masih bingung dengan cara jalan pikiran mu. Yang saya tau, kamu hanya ingin membuat saya bahagia, terima kasih. Karena ternyata, setelah perjalan hingga sore hari itu, saya mendapat hadian ‘lagi’ dari mu, dengan segala kebohongan yang telah kamu rencakan. Lagi-lagi, saya masih tidak bisa mengerti jalan pikiranmu. Meskipun kita sudah pulang ke rumah masing-masing, surprise dari mu masih menggantung indah dalam malam saya. Sebuah bingkisan hasil karyamu sendiri, katamu. Saya senang.

"Tuhan tidak pernah menitipkan seseorang pada tempat yang salah
Mungkin pada titik tertentu kita sering berbuat khilaf
Tetapi orang-orang itu akan tetap ada
Yang menyayangimu
Yang membuatmu bangkit
Jadi jika perjalanan yang telah kita tempuh sudah sejauh ini
Untuk apa melihat kembali kebelakang?
Apa guna menyerah terlalu cepat?
Biarkan waktu dan matahari terus berjalan beriringan
Hingga jemari kita tidak pernah saling melambaikan tangan untuk berpisah"

Harus bagaimana lagi saya membalas semua ini, saya ingin menangis –bahagia.
Terimakasih.

No comments:

Post a Comment