Saturday, March 14, 2015

Cahaya


Hari ini jadi salah satu hari bersejarah buat saya. Jadi hari yang membuat saya percaya akan sebuah anugerah titipan Sang Penguasa dunia, teman.

Hari ini saya percaya, bahwa dibalik sejuta tawa yang mewarnai hari-hari kami, tersimpan seberkas cahaya kesedihan. Cahaya bisa bersedih? Ya, tentu saja. Saya sudah melihatnya. Cahaya yang penuh harapan dan sinar kebahagiaan, menyimpan sebuah misteri hidup yang selama ini begitu rapat ia simpan sendiri. Ia begitu tegar, begitu kuat, begitu istimewa dimata saya.

Cahaya, selalu jadi sebuah harapan untuk dapat bertahan hidup. Dengan cahaya, kegelapan bisa terlihat menjadi lebih indah. Tetapi, pernahkah kau melihat cahaya tersebut menangis?

Saya (sudah) melihatnya, dan itu sangat menyakitkan. Menatap kedua bola matanya yang selalu terlihat teduh, namun kini menjadi bola mata yang begitu mendung hingga bulir-bulir air mata membasahi pelupuk mata sang cahaya. Rasanya, saya seperti ditikam beribu pisau yang dilemparkan tepat di hati saya. Tanpa hitungan yang panjang, saya segera merangkul tubuh sang cahaya –berharap pelukan saya bisa menghangatkannya kembali.

Cahaya, saya menyesal telah membuatnya menunggu selama ini untuk bisa saling berbagi (layaknya awan yang berbagi kesedihan dengan sang langit). Saya menyesal telah membuatnya lelah menanti sebuah pelukan dari semak-semak cahaya yang selalu dilindunginya. Saya menyesal telah mengacuhkan sebuah kalimat yang dulu ingin saya ketahui jawabannya. Saya begitu menyesali waktu yang sudah beranjak lama, namun saya tidak juga beranjak untuk menatap cahaya dari sisi lain –sisi yang selama ini coba ia tutupi.

Cahaya, pantaskah saya menjadi seberkas cahaya yang bisa menghangatkanmu? Yang bisa tetap berdiri di sisimu ketika cahayamu redup. Mencoba melindungi dari sisi gelap yang selalu membuatmu menangis.
Cahaya, pantaskah saya memelukmu ketika kau membutuhkan sebuah pelukan? Bukankah sejak dulu kamu yang selalu memeluk saya ketika saya merintih kesakitan?

Cahaya, jika esok, lusa, kapanpun kau membutuhkan saya, berlarilah dan peluklah saya selama yang kau inginkan. Menangislah selama yang kau butuhkan. Merintihlah seperti yang bisa kau lakukan. Luangkan sebagian duka yang membuat cahayamu redup. Berbagilah dengan saya sebanyak yang kau mau. Saya, ingin menjadi cahaya terbaik untukmu. Menjadi cahaya yang akan menopang kemanapun arah jalanmu.

Cahaya, jika nanti kau menemukan cahaya yang bisa menjagamu lebih baik dari saya, berbahagialah. Cahaya, jika nanti kau menemukan cahaya yang bisa membuatmu lebih bersinar, bersinarlah lebih terang. Cahaya, jika nanti kau menemukan cahaya yang bisa membuatmu lebih hangat, tersenyumlah. Kau pantas mendapatkannya, cahaya. Terimakasih untuk cahaya-cahayamu selama ini, teman. Saya menyayangimu, ingin selalu melihat cahayamu terus bersinar.



Sahabat adalah pemenuhan kebutuhan jiwa.
Dialah ladang hati, yang ditaburi dengan kasih dan dituai dengan penuh rasa terima kasih.
Sahabat adalah naungan sejuk keteduhan hati dan api unggun kehangatan jiwa, karena akan dihampiri kala hati gersang kelaparan dan dicari saat jiwa mendamba kedamaian 
Ketika ia menyampaikan pendapat, kalbu tak kuasa menghadang dengan bisikan kata “tidak”, dan tak pernah khawatir untuk menyembunyikan kata “ya” 
Bilamana dia terdiam tanpa kata hati senantiasa mencari rahasianya
Dalam persahabatan yang tanpa kata, segala fikiran, hasrat, dan keinginan terangkum bersama, menyimpan keutuhan dengan kegembiraan tiada terkirakan. 
Ketika tiba saat perpisahan janganlah ada duka, sebab yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin akan nampak lebih cemerlang dari kejauhan.
Seperti gunung yang nampak lebih agung dari padang dan ngarai. 
Lenyapkan  maksud lain dari persahabatan  kecuali saling memperkaya roh kejiwaan.
Karena cinta berpamrih yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya,
bukanlah cinta, tetapi sebuah jaring yang ditebarkan ke udara 
hanya menangkap kekosongan semata 
Persembahkan yang terindah bagi persahabatan. Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah diamengenali pula musim pasangmu. Karena persahabatan kan kehilangan makna jika mencarinya sekadar bersama guna membunuh waktu. Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu 
Sahabat kan  mengisi kekuranganmu bukan mengisi kekosonganmu.
Dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa kegirangan
Berbagi duka dan kesenangan  Karena dalam rintik lembut embun, hati manusia menghirup fajar yang terbangun dan kesegaran gairah  kehidupan.

-Khalil Gibran-

PS:
Untuk cahaya yang sempat redup, melihat sepenggal kesedihannya, membuat saya merasa lebih sedih. Mengapa membiarkannya sedih sesedih itu?

No comments:

Post a Comment