Hari ini jadi salah satu hari bersejarah buat
saya. Jadi hari yang membuat saya percaya akan sebuah anugerah titipan Sang
Penguasa dunia, teman.
Hari ini saya percaya, bahwa dibalik sejuta
tawa yang mewarnai hari-hari kami, tersimpan seberkas cahaya kesedihan. Cahaya bisa
bersedih? Ya, tentu saja. Saya sudah melihatnya. Cahaya yang penuh harapan dan
sinar kebahagiaan, menyimpan sebuah misteri hidup yang selama ini begitu rapat
ia simpan sendiri. Ia begitu tegar, begitu kuat, begitu istimewa dimata saya.
Cahaya, selalu jadi sebuah harapan untuk dapat
bertahan hidup. Dengan cahaya, kegelapan bisa terlihat menjadi lebih indah. Tetapi,
pernahkah kau melihat cahaya tersebut menangis?
Saya (sudah) melihatnya, dan itu sangat
menyakitkan. Menatap kedua bola matanya yang selalu terlihat teduh, namun kini
menjadi bola mata yang begitu mendung hingga bulir-bulir air mata membasahi
pelupuk mata sang cahaya. Rasanya, saya seperti ditikam beribu pisau yang
dilemparkan tepat di hati saya. Tanpa hitungan yang panjang, saya segera merangkul
tubuh sang cahaya –berharap pelukan saya bisa menghangatkannya kembali.
Cahaya, saya menyesal telah membuatnya
menunggu selama ini untuk bisa saling berbagi (layaknya awan yang berbagi
kesedihan dengan sang langit). Saya menyesal telah membuatnya lelah menanti
sebuah pelukan dari semak-semak cahaya yang selalu dilindunginya. Saya menyesal
telah mengacuhkan sebuah kalimat yang dulu ingin saya ketahui jawabannya. Saya begitu
menyesali waktu yang sudah beranjak lama, namun saya tidak juga beranjak untuk
menatap cahaya dari sisi lain –sisi yang selama ini coba ia tutupi.
Cahaya, pantaskah saya menjadi seberkas cahaya
yang bisa menghangatkanmu? Yang bisa tetap berdiri di sisimu ketika cahayamu
redup. Mencoba melindungi dari sisi gelap yang selalu membuatmu menangis.
Cahaya, pantaskah saya memelukmu ketika kau
membutuhkan sebuah pelukan? Bukankah sejak dulu kamu yang selalu memeluk saya
ketika saya merintih kesakitan?
Cahaya, jika esok, lusa, kapanpun kau
membutuhkan saya, berlarilah dan peluklah saya selama yang kau inginkan. Menangislah
selama yang kau butuhkan. Merintihlah seperti yang bisa kau lakukan. Luangkan sebagian
duka yang membuat cahayamu redup. Berbagilah dengan saya sebanyak yang kau mau.
Saya, ingin menjadi cahaya terbaik untukmu. Menjadi cahaya yang akan menopang kemanapun
arah jalanmu.
Cahaya, jika nanti kau menemukan cahaya yang
bisa menjagamu lebih baik dari saya, berbahagialah. Cahaya, jika nanti kau menemukan
cahaya yang bisa membuatmu lebih bersinar, bersinarlah lebih terang. Cahaya,
jika nanti kau menemukan cahaya yang bisa membuatmu lebih hangat, tersenyumlah.
Kau pantas mendapatkannya, cahaya. Terimakasih untuk cahaya-cahayamu selama
ini, teman. Saya menyayangimu, ingin selalu melihat cahayamu terus bersinar.
Sahabat adalah pemenuhan kebutuhan jiwa.
Dialah ladang hati, yang ditaburi dengan kasih dan
dituai dengan penuh rasa terima kasih.
Sahabat adalah naungan sejuk keteduhan hati dan api
unggun kehangatan jiwa, karena akan dihampiri kala hati gersang kelaparan dan
dicari saat jiwa mendamba kedamaian
Ketika ia menyampaikan pendapat, kalbu tak kuasa
menghadang dengan bisikan kata “tidak”, dan tak pernah khawatir untuk
menyembunyikan kata “ya”
Bilamana dia terdiam tanpa kata hati senantiasa
mencari rahasianya
Dalam persahabatan yang tanpa kata, segala fikiran,
hasrat, dan keinginan terangkum bersama, menyimpan keutuhan dengan kegembiraan
tiada terkirakan.
Ketika tiba saat perpisahan janganlah ada duka, sebab
yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin akan nampak lebih cemerlang dari
kejauhan.
Seperti gunung yang nampak lebih agung dari padang dan
ngarai.
Lenyapkan maksud lain dari persahabatan
kecuali saling memperkaya roh kejiwaan.
Karena cinta berpamrih yang mencari sesuatu di luar
jangkauan misterinya,
bukanlah cinta, tetapi sebuah jaring yang ditebarkan
ke udara
hanya menangkap kekosongan semata
Persembahkan yang terindah bagi persahabatan. Jika dia
harus tahu musim surutmu, biarlah diamengenali pula musim pasangmu. Karena
persahabatan kan kehilangan makna jika mencarinya sekadar bersama guna membunuh
waktu. Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu
Sahabat kan mengisi kekuranganmu bukan mengisi
kekosonganmu.
Dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa
kegirangan
Berbagi duka dan kesenangan Karena dalam rintik
lembut embun, hati manusia menghirup fajar yang terbangun dan kesegaran
gairah kehidupan.
-Khalil Gibran-
PS:
Untuk cahaya
yang sempat redup, melihat sepenggal kesedihannya, membuat saya merasa lebih
sedih. Mengapa membiarkannya sedih sesedih itu?
No comments:
Post a Comment