Seberapapun kamu
pernah sakit, sembuh adalah hal paling berharga yang menjadi harapanmu. Karena
bagaimanapun sakit, semua luka pasti terasa tidak menyenangkan. Siapa yang
ingin sakit? Tentu saja tidak ada. Kecuali jika hidup sudah tidak berarti lagi,
jika berjalan dengan baik hanya menambah luka, jika memandangpun hanya
kegelapan yang terlihat, sakitlah harapan menuju akhir.
Ini
tentang bagaimana menghargai diri sendiri. Bahwa diripun patut diberikan harga
yang tak ternilai. Ini tentang bagaimana kamu tetap menjadi diri sendiri,
dimana dunia berubah, setiap orang berlomba-lomba untuk menjadi orang lain.
Apa
susahnya menjadi diri sendiri?
Khawatir
tidak diterima oleh orang sekitarmu?
Hidup
memang bergantung pada orang-orang disekitarmu, tetapi hidup tidak hanya
untuk bergantung pada mereka.
Lantas
kenapa masih ingin menjadi orang lain? Karena kamu merasa menjadi seperti 'dia'
jauh lebih baik dari pada apa adanya dirimu?
Lantas
kenapa masih tetap ingin berubah menjadi sosok orang lain yang jelas-jelas
bukan kamu? Karena pada akhirnya semua orang melihat 'dia' yang (paling) baik?
Memang
ada yang lebih baik didunia ini. Seperti hidungnya lebih mancung, matanya lebih
belok, kulitnya lebih bersih, badannya lebih ideal. Semua adalah tentang
kelebihan-kelebihan yang (terlihat) sempurna. Lantas apa karena hal tersebut
yang membuatmu ingin berubah menjadi (seperti) dia? Lalu akan kemana kamu yang
(seperti) sekarang jika kelak berubah?
Hey,
setiap orang harus belajar menerima. Menerima bagaimana hidungnya tidak
semancung dia, matanya tidak sebelok dia, kulitnya tidak sebersih dia, badannya tidak
seideal dia. Semua harus bisa menerima. Karena seperti itulah nikmat Tuhan
untuk hamba-Nya. Kenapa harus berdusta untuk membenci?
"Dia
punya sesuatu yang tidak saya miliki"
Lantas
kenapa? Itu sebabnya kamu ingin menjadi seperti dia?
Setiap
orang harus bisa menerima. Inilah hidup. Bahwa KESEMPURNAAN bukanlah tujuan
hidup. Lihat ke atas dan ke bawahmu, semuanya berbeda beda. Jika kamu ingin
seperti 'dia' lalu yang lain juga ingin seperti 'dia', maka untuk apa lagi kamu
melihat keatas dan ke bawah jika semuanya (terlihat) sama?
Ini
tentang bagaimana menjadi diri sendiri. Mengikhlaskan diri sendiri bahwa inilah
kamu apa adanya. Bahwa sakit akan penolakan orang-orang terhadapmu –karena kamu
tidak seperti dia– akan mulai membaik ketika kamu mulai ikhlas menerima dirimu
apa adanya. Karena jika tidak bisa berhenti memikirkan cara untuk menjadi
(seperti) dia, dan hanya dia, sedikit demi sedikit hidup akan mulai membencimu.
Bukan berarti setelah kamu menjadi (seperti) dia kamu bisa dikenal orang banyak
dan menjadi populer kan? Berhentilah. Ikhlaskan dirimu apa adanya. Karena
bagaimanapun, 'apa adanya' akan menjadi sesuatu yang luar biasa kelak ketika
kamu ikhlas menerima.
***
Saya
pernah bilang bahwa saya tidak tertarik nonton bola; piala dunia. Tetapi bukan
berarti saya membencinya. Tidak tertarik dan benci berbeda bukan? Jadi jangan
paksa saya untuk tertarik nonton bola. Karena bagaimanapun paksaan yang datang,
saya akan tetap menjadi diri saya apa adanya, yang tidak tertarik nonton bola
(atau paling tidak sekali dua sekali saya bisa mengganti channel TV untuk
melihat pertandingan bola yang seru tersebut –kata orang). Bagi saya, tontonan
itu hanya melelahkan mata, melihat bola yang ditendang ke sana ke mari, memastikan
goal atau tidak, kemudian berseru dan teriak sekencang-kencangnya membuat
gempar seluruh tetangga. Tetapi bagi pecinta dan penikmat bola hal tersebut
justru menjadi suatu daya tarik tersendiri yang sulit saya pahami. Bagaimanapun,
saya tetaplah saya. Bukan tipekal yang suka ikut ini ikut itu, ingin seperti
dia yang hobi nonton bola (termasuk rela bergadang sampai pagi), atau ingin
seperti dia yang membenci tontonan bola. This
is me. Kalian harus menerimanya.
Karena
untuk menjadi ‘sempurna’ sekalipun banyak pengorbanan yang harus dilakukan. Dan setelah berkorban sekali pun, tidak
ada hal yang bisa se-sempurna bayanganmu layaknya di novel-nevel ataupun
dongeng. Meskipun dunia sudah secanggih ini, tipekal sempurna juga tidak akan
pernah ada. Jadi, belajarlah menerima setiap orang. Belajarlah menerima dirimu
sendiri.
No comments:
Post a Comment