Listening:
Fiersa besari - Celengan rindu
Sebuah pesan via WhatsApp (WA) masuk ke HP saya. Setelah keluar dari
aplikasi instagram, saya pun mengunjungi dunia WA. Sebuah nama berinisial S
muncul di chat paling atas setelah puluhan chat lainnya yang berasal dari berbagai
macam grub tidak saya buka.
“K, You’re
stronger than I know. Gak tau kenapa mau nulis ini. Tiba-tiba keingat kamu.
Banyak sekali cobaan dan masalah yang kamu lewati selama ini, tapi kamu selalu
saja positif dan semakin multitalenta. K, so
proud of you, bangga sekali punya kawan seperti kamu. L
Saya rasanya mau nyakitin orang yang sakitin kamu…”
Saya terkesima untuk beberapa detik. Bukan, bukan karena isi chatnya melankolis, hanya saja, isi
chatnya sedikit terlalu berlebihan.
S, asal kamu tau saja. Saya tidak pernah benar-benar se-kuat yang kamu tuliskan dalam pesan
singkatmu itu. Tidak pernah benar-benar seperti itu, kecuali ada kalian semua
yang terus berada di sisi saya.
Saya pun membalas pesannya.
Saya pun membalas pesannya.
“Senang baca chat kamu S. You’re one of my power, my motivation.
Terimakasih S. Entah, saya cuma merasa capek saja. Jadi selalu mencari
pelampiasan dengan melakukan hal hal yang saya suka. Dan semoga itu bermanfaat,
untuk saya, dan untuk siapapun yang menikmatinya. Makasih S. Tidak apa-apa.
Tidak perlu. Kita punya jalan masing-masing yang berbeda. Biarkan dia hidup
dalam dunianya, kita hidup di dunia kita sendiri. Tetapi, kalau suatu saat
nanti, orang itu berani masuk dan menghancurkan dunia saya, saat itu saya akan
minta bantuan kamu, untuk menyakiti orang itu. Ok?”
dan sekian-sekian chat
selanjutnya.
Saya jadi teringat quote ala zaman now di novel Dilan.
“Milea,
jangan bilang ke aku ada yang menyakitimu. Nanti, orang itu akan menghilang”.
Intinya adalah, se-kuat apapun saya, tanpa orang-orang seperti kalian
yang selalu berada di sisi saya, yang selalu memberi semangat, tanpa kenal
lelah untuk meminta saya jangan bersedih, rasanya saya hanyalah kepingan tawa
yang mudah terbawa angin tanpa pernah tertawa dengan sungguh. Kalian semua
adalah kekuatan yang saya miliki.
Saya jadi ingat momen beberapa hari lalu. Dimana, laut adalah salah satu
pelampiasan saya. Tempat di mana saya akan menghirup dalam-dalam angin laut
dengan suara pecahan ombak yang begitu tenang. Kalian membiarkan saya melakukan
apa yang saya inginkan hari itu. Kalian mengerti, apa yang sedang saya
butuhkan. Saya berjalan menyisiri pantai sendirian. Kemudian kembali ke jambo
untuk mengambil kamera. Saat itu saya hanya berkata, “Ombaknya bagus, saya
tidak ingin melewatkannya” kemudian memasang kaca mata hitam. Seolah tak ada
satupun orang yang mampu memahami perasaan di balik kaca mata hitam tersebut.
Tetapi, kalian berbeda. Kalian hanya mengikuti langkah kaki saya dari belakang,
seakan mengerti bahwa saya sedang butuh kesendirian dan kesunyian. Tak ada sepatah
katapun, hingga saya memilih duduk dihadapan ombak yang pecah di ujung pantai.
Kemudian, dengan santai kalian menunggu
saya menenggelamkan semua rasa dalam laut. Saya membasahi sekujur tubuh dengan
air asin. Saat itu yang tersisa hanya kepala saya, yang terus memandang semesta
dibalik air laut. Saya menunggu ombak, menenggelamkan seluruh tubuh, menyusuri
bibir pantai bersama ombak yang sedang pecah. Kemudian saya kembali, menunggu
ombak lainnya, kembali menenggelamkan semua rasa dan tanya yang terus
mengganggu. Kalian masih menunggu saya di pasir kering di atas sana.
Memerhatikan teman kalian yang sedang mencoba peruntungannya sendiri dibalik laut.
Hingga ia benar-benar membuang semua rasa itu, membuang semua tanya. Hingga ia
sadar, bahwa hidupnya sedang berada dipersimpangan, arah jalan mana yang akan
ia pilih.
Saya sadar, jalan apapun yang saya pilih, selama ada kalian saya akan
tetap baik-baik saja. Jalan apapun yang saya pilih, itu adalah resiko yang akan
saya hadapi. Setidaknya saya sudah melangkah, tidak lagi perlu terjebak
ditempat dan persimpangan yang sama.
Itu kenapa, saya berkata bahwa saya tidak pernah benar-benar se-kuat
ini tanpa ada kalian disisi saya. Terimakasih
untuk semuanya.
No comments:
Post a Comment