“Saya
rindu, menghabiskan waktu bersamamu, mencari kebahagiaan, membunuh kesedihan.”
Desir waktu bergumam dalam diam, dan
aku hanya bisa duduk. Menghitung satu persatu waktu yang kian tenggelam.
Langkah ragumu tiba di perempatan lobi, menyeret segudang barang, dan mungkin
juga kenangan. Kamu tersenyum, simpul manis yang kini ku rindukan. Rona matamu terpancar
sendu, namun begitu teduh, sama seperti dahulu.
Ku letakkan genggaman jari kosong
dibalik punggung. Berharap, jarimu mengait ruang-ruang kosong yang nyaris
menangis. Tapi ku sadar, ini tak akan terjadi. Membuntutimu dari belakang,
menatap punggung yang akan menjauh, pergi, entah kapan akan kembali.
Rinduku pecah, namun kembali terpaut
jarak. Rinduku menggelegar, tetapi kembali menepi.
Langkahmu berhenti tepat beberapa
meter dihadapanku. Tersenyum manis. Menerawang sekitar, seakan berkata ‘goobye’. Aku hanya mematung. Ku keluarkan
secarik bingkisan biru muda dengan rona tawa, seakan begitu bahagia.
Kau hanya tersipu sambil menarik ulur
tangan, ragu, atau malu, atau terkesan.
Aku merangkulmu, seolah semua detik ini
terhenti begitu saja. Seakan bumi tak lagi mengitari mentari. Bola matamu ragu,
bola mataku lebih ragu lagi. Menunggu detik-detik berikutnya yang akan pergi,
atau bahkan tenggelam.
Akhirnya, kamu benar-benar mengucapkan
‘goodbye’. Memeluk satu persatu yang
sejak tadi ingin memelukmu. Aku hanya menatap dari sebuah layar, membidik detik
detik moment yang akan menjadi sebuah
kenangan. Langkah mu perlahan pergi, dan aku masih menunggu. 1, 2, 3, aku terus
menghitung, dan bertanya ‘kapan kamu akan
menghampiriku dan memelukku sehangat dahulu.’.
Aku masih mematung, terus menghitung.
Langkahmu pergi. Hingga sebuah suara berkata, agar kau kembali dan memelukku.
Aku berhenti menghitung. Wajahmu pudar
menatapku. Aku berbalik, mencoba menjauh, menahan sesuatu yang sejak tadi ingin
ku tumpahkan. Aku menahannya, menahan rasaku. Menahan sesak yang terus mengalirkan listrik ke seluruh tubuhku. Mencoba membuatnya lenyap tak
terlihat.
Hanya butuh beberapa detik, aku
kembali. Mencoba tetap kuat seperti dahulu.
Akhirnya, aku memelukmu.
END
No comments:
Post a Comment