Ternyata
benar
Lambat
laun, rindu memang harus disembunyikan, bukan untuk di umbar agar terasa
hambar.
Mungkin,
biarkan rindu sampai melalui doa, bukan pada angin yang kemudian hilang arah.
Biar,
rindu tak diutarakan. Keberadaanya cukup untuk disyukuri.
Hei, aku tidak mahir merangkai kata.
Membuat semuanya terasa bermakna. Tapi kehadiranmu, membuat rindu ku patut
untuk disyukuri. Karena pada akhirnya aku akan berkata pada diriku sendiri. “Terimakasih,
sudah menempatkan rindu ditempat yang paling tepat. Bukan di sudut hati, bukan
pula relung hati paling dalam. Tetapi disebuah tempat yang tak perlu digapai
setiap detik.”
Aku tidak pandai menunggu, membiarkan
cakrawala tenggelam tanpa ku bidik dalam imajinasiku. Maka biarkan aku menunggu
lewat langkah kaki yang terus berjalan. Menapaki satu persatu mimpi serta doa
yang mungkin pernah terlewatkan.
Aku tidak pandai membuka hati.
Membiarkan kalimat-kalimat indah melumpuhkan logika. Maka tetaplah seperti ini.
Mengiringi tanpa perlu berjanji ini itu. Aku cukup menunggu sambil belajar
untuk tidak lagi kembali terjebak. Kelak, aku akan menggapai senyummu kembali
di sampingku.
No comments:
Post a Comment