Akan datang masa dimana kita
Hanya mampu berkeluh dan menyesal
Berharap doa dapat memutar waktu
Percayalah waktu masih tersisa
Percayalah hanya kita yang bisa
Beri nyawa segala harapan
-Raisa, Nyawa dan
Harapan-
Sudah kali ke-3
saya memutar ulang lagu ini, dan kali ke-4 lagu ini kembali saya putar, saya
pun menulis kalimat-kalimat ini.
Well, pada
akhirnya setiap kali kita terjatuh, akan ada orang-orang yang tetap senantiasa
membantumu bangkit, dengan cara apapun itu. Mereka bisa langsung mengulurkan
tangannya, memberi bantuan dalam bentuk pegangan lainnya, atau bahkan hanya
menyiratkan beberapa kalimat yang membuatmu semangat agar kembali bangkit. Dan pada akhirnya, semuanya akan terjawab
oleh waktu, harapan, perjuangan, dan campur tanganNya.
Siang tadi,
seorang teman, sebut saja namanya S memberi sebuah quote, and I love that quote.
“Kebahagiaan
yang tertunda itu memuaskan”.
Saat ini lagu
yang sudah saya putar ke-4 kalinya berubah menjadi ke-5 kali.
Dan sejujurnya,
akhir-akhir ini saya seperti kembali pada masa-masa dimana semuanya menjadi ‘hal-hal
baper’. Entah, tetapi semua kalimat yang justru hanya akan menjadi biasa saja
didengar orang lain, akan menjadi ‘luar biasa’ bagi saya. Misalnya kalimat
seperti pagi tadi :
“Jika ‘have to’
dalam kalimat ini tidak bisa dipisahkan, mereka memang sudah satu. Kecuali ‘have’
saja yang berarti kepemilikan.”
atau kalimat
seperti siang tadi:
“Jadi setelah
kakak itu nabrak, motornya jatuh, dia diam saja, tidak memberi kepastian
apa-apa”.
Bagaimana?
Kalimatnya biasa
saja bukan?
Tepat dan benar,
biasa saja kalimat (bagi mereka) kok.
Random sekali bukan tulisan kali ini?
“Percayalah waktu masih tersisa
Percayalah hanya kita yang bisa
Beri nyawa segala harapan”
Beri nyawa segala harapan”
No comments:
Post a Comment