Monday, July 31, 2017

Hujan Bulan Juni

Ada yang tak terucap
Meski lagi dan lagi menuai kesal
Ah tipu
Ini bukan sebuah kesal
Sebuah kecewa
Sesuatu yang patut kau lewati
Meski tetap tersisa

Bagaimana
Ragukah tahun itu ketika kau ucap sebuah akhir
Kalimat kalimat yang terlihat bijak
Sayang sekali
Berkali kali ku pandangpun
Tak mampu menyentuh lingkar pelangi yang malang

Bagaimana
Kembalikah juni tahun ini?
Seperti juni sebelumnya
Sebelum cakrawala berpindah dipersisian dunia lain

Ada yang masih ingin ku tanya
Sebab harapanku menjelma gerimis
Mengundang tangis
Ada jawaban yang sedang ku tunggu
Mencari jalan terang
Menepis marah yang tak seimbang

Kau datang lagi Juni kali ini
Ku pikir bait bait kalimat itu
Akan ku dengar langsung dari wajah rindumu
Melodi yang seakan hilang belasan bulan lalu
Tapi rasa sekian yang mengendap
Lenyap seketika

Juni ini sama saja.
Terlalu banyak drama seperti kata orang
Terlalu banyak harapan
Padahal tak tentu juga riang bertatapan
Hanya  kecewa yang masih tersimpan.


Aku akan berjalan mundur sesaat
Menyelami hati yang yang sedang sesat
Semoga tak lagi ada kecewa
Hingga menemukan cinta

***
Hei, ini sebenarnya puisi Bulan Juni milik saya, yang harus saya buat dan saya posting di Bulan Juni. Tetapi karena beberapa kendala dan beberapa kali sempat saya revisi, akhirnya saya memutuskan untuk mem-posting puisi ini diakhir Bulan Juli.
Hei, kenapa Bulan Juni? Jawabannya, karena saya (sempat) membenci Bulan Juni. Ah, padahal dia tak salah apa-apa, saya keliru pernah begitu membencinya. Semoga setelah ini tidak lagi.

Dan, selamat tinggal Juni. Semoga saat kita bertemu tahun depan, semuanya dalam keadaan ‘baik-baik saja’.

No comments:

Post a Comment