Kalau kata orang pertemanan kita ini lucu, aku
hanya bisa tertawa. Mengingat puing-puing perkenalan kita yang luar biasa. Kala
itu, wajahmu masih polos. Anggap saja, wajahmu belum setampan saat ini. Aku
berdiri dipersimpangan ruang musik, menunggu senar-senar gitar listrik dipetik
nada per nada. Wajah yang membuatku teduh saat itu muncul dengan sekantong
plastik hitam besar. Aku tak pernah tau, apa isi plastik yang kau bawa.
Barangkali sekumpulan nada yang kau tebarkan sepanjang jalan menuju ruang musik
itu, atau barangkali sebongkah ilustrasi musik yang kau kerjakan semalaman
untuk menghibur para pengagummu. Aku bukan salah satunya, yang mengagumimu. Aku
hanyalah kepingan instrument yang harus kau bawa kemanapun kau pergi, begitulah
aku menyebutnya.
Jika kau pernah berpikir untuk menyibukkan diri
dan melupakanku, percayalah, itu tidak akan membuatmu lebih baik dalam memetik
senar-senar gitar itu. Aku, bukan salah satu senar gitarmu, tapi aku adalah
melodi dalam musik-musik yang kau mainkan. Bila nada mu pernah goyang dan
terlepas dari imajinasimu, itu aku yang tengah merajuk dalam ketidakpekaanmu.
Maka jangan biarkan aku merajuk lebih lama dari yang pernah ku lakukan. Sebab,
permainan musikmu akan hilang untuk waktu yang lama bila aku beranjak pergi
dari sisimu.
Aku mungkin hanya sebaris ungkapan teman bagimu
saat ini. Tapi pertemanan kita ini benar-benar lucu. Kau tidak akan pernah tau
siapa aku sebenarnya jika kau tak pernah berhasil membuatku tertawa dan
tersanjung dalam satu waktu. Aku mungkin bukan teman yang baik karena berani
menjadi salah satu melodi dalam tawamu, tapi setiap emosi yang kau tumpahkan
dalam senar gitar itu, ada aku yang menjaga kontrol nadamu. Kau hanya perlu
percaya padaku, pada sosok yang tidak pernah menjadi penggemarmu.
END
No comments:
Post a Comment