Monday, November 21, 2016

Aku Bukan Gitar Mu

Kalau kata orang pertemanan kita ini lucu, aku hanya bisa tertawa. Mengingat puing-puing perkenalan kita yang luar biasa. Kala itu, wajahmu masih polos. Anggap saja, wajahmu belum setampan saat ini. Aku berdiri dipersimpangan ruang musik, menunggu senar-senar gitar listrik dipetik nada per nada. Wajah yang membuatku teduh saat itu muncul dengan sekantong plastik hitam besar. Aku tak pernah tau, apa isi plastik yang kau bawa. Barangkali sekumpulan nada yang kau tebarkan sepanjang jalan menuju ruang musik itu, atau barangkali sebongkah ilustrasi musik yang kau kerjakan semalaman untuk menghibur para pengagummu. Aku bukan salah satunya, yang mengagumimu. Aku hanyalah kepingan instrument yang harus kau bawa kemanapun kau pergi, begitulah aku menyebutnya.

Jika kau pernah berpikir untuk menyibukkan diri dan melupakanku, percayalah, itu tidak akan membuatmu lebih baik dalam memetik senar-senar gitar itu. Aku, bukan salah satu senar gitarmu, tapi aku adalah melodi dalam musik-musik yang kau mainkan. Bila nada mu pernah goyang dan terlepas dari imajinasimu, itu aku yang tengah merajuk dalam ketidakpekaanmu. Maka jangan biarkan aku merajuk lebih lama dari yang pernah ku lakukan. Sebab, permainan musikmu akan hilang untuk waktu yang lama bila aku beranjak pergi dari sisimu.


Aku mungkin hanya sebaris ungkapan teman bagimu saat ini. Tapi pertemanan kita ini benar-benar lucu. Kau tidak akan pernah tau siapa aku sebenarnya jika kau tak pernah berhasil membuatku tertawa dan tersanjung dalam satu waktu. Aku mungkin bukan teman yang baik karena berani menjadi salah satu melodi dalam tawamu, tapi setiap emosi yang kau tumpahkan dalam senar gitar itu, ada aku yang menjaga kontrol nadamu. Kau hanya perlu percaya padaku, pada sosok yang tidak pernah menjadi penggemarmu. 

END 

No comments:

Post a Comment