Hai
sahabat. Jika aku masih memiliki waktu bersamamu, apakah kau akan kembali
seperti dulu?
Aku rindu. Pernah berada di sampingmu,
bersender pada bahu kecil yang terlihat begitu kokoh. Kemudian kita akan
bercerita. Tentang tawa mu hari ini, sedihmu beberapa jam lalu, atau bahkan
mimpi indah mu nanti malam. Bahkan sesekali kita akan membuka bungkusan cokelat
dan mengemutnya perlahan. Atau mungkin bungkusan chiki rasa rumput laut kesukaanmu.
Aku ingat, saat itu langkah gontaimu
membuat perasaan ku kalang kabut. Apa yang terjadi? Aku bertanya dalam
teriakan. Tawa mu kemudian mekar sambil memamerkan sederet gigi putih terawat yang
ku sukai. Hanya terpeleset kecil dalam kamar mandi, katamu. Aku hanya menepuk-nepuk
jidad.
Aku juga ingat. Aura sepi yang muncul
dari balik pintu kamarmu. Kau mendekam dalam selimut. Ku pikir demam tinggi
menguap disekujur tubuhmu. Tapi ternyata, aku menemukan tetes-tetes luka disana.
Hanya ada rangkulan hangat yang ku berikan. Matamu terbuka, menatap bilik
mataku yang menjadi sendu. Kau berteriak, menghempaskan kepenatan. Aku hanya
berkata, biarlah,aku sedang disisimu.
Hai sahabat. Jika aku masih memiliki waktu bersamamu, bisakah kau berada disisiku
saat ini?
Aku sedang rindu. Membelai ujung-ujung
rambutmu yang wangi dan lurus. Kemudian kau memutar lagu-lagu sendu yang kita
sukai. Aku menatap wajah bahagiamu, kemudian aku ikut bahagia.
Aku sedang rindu. Sebutan namaku yang kau
panggil dengan manja. Meskipun orang-orang sekitar selalu menyebutmu anak
manja, aku tetap menyukaimu, bahkan teriakan minta tolongmu yang terkesan
sebagai tingkah anak-anak. Aku begitu mengenalmu.
Hai
sahabat. Aku sedang rindu. Seperti beberapa waktu lalu. Bisakah kau temani aku?
Melewati kepahitan ini.
No comments:
Post a Comment