“Dalam gelap, terkadang kita kuat. Kuat menghadapi
apapun kenyataan di depan, meski yang terpampang hanya sebuah kegelapan.” – Kem
Pada satu
titik, saya selalu berpikir ingin menjadi seekor burung –yang dapat terbang
bebas tanpa terperangkap. Rasanya, kepakan sayap saya selalu gatal ingin
mencoba sejuta petualangan di angkasa sana. Setiap hirup nafas saya, akan saya
korbankan untuk melihat sisi keindahan dunia, dari atas sana. Satu persatu
daratan, lautan, akan saya lewati. Jika nanti saya temukan tempat persinggahan,
itu hanya akan menjadi tempat sementara. Karena kemudian sayap bak mesin
pesawat ini akan melaju di angkasa luas kembali, menikmati perjalanan yang tak
akan pernah habis.
Andai...
Setiap masa
“cobaan” (begitulah saya menyebutnya) yang singgah dalam kehidupan, terasa
begitu berat. Barangkali karena hidup (terlalu) sering menyikapi kebahagiaan. Kemudian
merasa menjadi orang paling sial di dunia. Dan bahkan setiap masa “bahagia”
(sebut saja demikian) yang singgah sejenak maupun menetap lama, terasa begitu
indah. Barangkali karena hidup (lebih) sering terselimuti oleh kepahitan. Kemudian
merasa menjadi orang paling beruntung di dunia.
Aah,,
setiap waktu punya masa yang berbeda. Kini, bukan lagi cerita tentang sesering
apa sih hidup saya mengalami masa cobaan maupun bahagia?! Tetapi, sebaik apa sayap
saya mampu terbang dalam kegelapan, mencoba melirik secuil cahaya kemudian
menggenggam harapan. Bagaimana cara saya menyikapi orang-orang disekitar, agar
mencoba hal yang sama.
Ya, Saya sungguh
marah, ketika kamu benar-benar lupa diri dan mengeluarkan segala kata penuh
ke-pesimis-an. Saya marah. Kenapa? Karena di balik hal yang sama, saya ragu pernah
melakukan kesalahan yang sama, atau melakukannya kelak. Saya marah, pada kamu,
pada diri sendiri, pada orang-orang yang demikian. Saya bukan egois, hanya
berusaha melihat harapan, melihat setiap kebaikan dibaliknya.
So prepare ourselves to grasp the hope,
greater expectations.
No comments:
Post a Comment