Sunday, March 22, 2015

Taman Impian



Akan tiba saatnya di mana langkah kaki kita akan berpijak pada rumput-rumput yang elegant, penuh harum oleh serbuk-serbuk bunga edelweiss. Kemudian tangan kita akan saling bertaut menciptakan jarak yang begitu dekat hingga aku bisa mendengar detak jantungmu yang  seirama. Kemudian rumput-rumput panjang seperti ilalang yang memiliki kelopak-kelopak bunga berwarna orange akan menari-menari bersama musik yang dibawa oleh angin, kita hanya menikmatinya.

Langkah kaki kita mulai menapaki ladang hijau seanggun mutiara dalam jemari putri-putri raja. Kau memetik sekuntum bunga yang belum mekar dengan sempurna, kemudian meletakkannya dalam tanganku. Katamu “Cinta itu seperti bunga ini” sambil menggenggam tanganku. “Bisa kau bayangkan mekarnya bunga ini ketika waktunya telah tiba? Sungguh akan lebih indah dari saat ini, saat kita sedang menggenggamnya”. Aku tertegun. Mencoba meresapi satu persatu setiap katamu. Angin terus berdendang seperti musik klasik, rumput-rumput masih bergoyang ceria dalam lekukan tangkainya, dan aku masih meresapi setiap makna dari kata-katanya.

Hingga saat itu tiba, kita masih duduk dalam puluhan kayu-kayu berbentuk kapal. Ya, kita sedang berlabuh menemukan tempat impian itu. Di mana mimpi dan angan yang pernah kita ciptakan bukan lagi sekedar mimpi. Dan hingga saat itu tiba, kita masih menuai waktu, menyaksikan bunga-bunga mekar dengan indah sambil berdoa meminta kepada Tuhan agar menitipkan bunga yang mekar sempurna kepada kita. Benar, hingga saat itu tiba, kita masih saling menatap dalam bimbang, melihat bunga-bunga indah bermekaran. Benarkah bunga kita akan semekar itu nantinya.

No comments:

Post a Comment