Akan tiba
saatnya di mana langkah kaki kita akan berpijak pada rumput-rumput yang elegant, penuh harum oleh serbuk-serbuk
bunga edelweiss. Kemudian tangan kita
akan saling bertaut menciptakan jarak yang begitu dekat hingga aku bisa mendengar
detak jantungmu yang seirama. Kemudian rumput-rumput
panjang seperti ilalang yang memiliki kelopak-kelopak bunga berwarna orange
akan menari-menari bersama musik yang dibawa oleh angin, kita hanya
menikmatinya.
Langkah kaki
kita mulai menapaki ladang hijau seanggun mutiara dalam jemari putri-putri
raja. Kau memetik sekuntum bunga yang belum mekar dengan sempurna, kemudian
meletakkannya dalam tanganku. Katamu “Cinta itu seperti bunga ini” sambil
menggenggam tanganku. “Bisa kau bayangkan mekarnya bunga ini ketika waktunya
telah tiba? Sungguh akan lebih indah dari saat ini, saat kita sedang
menggenggamnya”. Aku tertegun. Mencoba meresapi satu persatu setiap katamu. Angin
terus berdendang seperti musik klasik, rumput-rumput masih bergoyang ceria
dalam lekukan tangkainya, dan aku masih meresapi setiap makna dari
kata-katanya.
Hingga saat itu
tiba, kita masih duduk dalam puluhan kayu-kayu berbentuk kapal. Ya, kita sedang
berlabuh menemukan tempat impian itu. Di mana mimpi dan angan yang pernah kita
ciptakan bukan lagi sekedar mimpi. Dan hingga saat itu tiba, kita masih menuai
waktu, menyaksikan bunga-bunga mekar dengan indah sambil berdoa meminta kepada
Tuhan agar menitipkan bunga yang mekar sempurna kepada kita. Benar, hingga saat
itu tiba, kita masih saling menatap dalam bimbang, melihat bunga-bunga indah
bermekaran. Benarkah bunga kita akan semekar itu nantinya.
No comments:
Post a Comment