Ku pikir sudah tidak ada lagi ruang untuk kita
berteduh dari derasnya hujan. Tetapi ternyata kau ciptakan ruang untuk kita,
untuk menepikan segala luka, untuk menyita segala waktu yang terbuang sia-sia,
untuk cinta yang sempat ber-pause oleh waktu. Ku pikir derasnya hujan akan
berhenti dalam waktu dekat. Lalu ku tatap langit, ia masih mendung. Ku coba
meraih payung beralaskan pelangi, namun payung tersebut sudah tiada dan hujan
masih jatuh dengan syahdu. Tetapi ternyata, kau menyimpan sejuta payung beralaskan
matahari. Kau berikan padaku satu untuk menahan percikan hujan yang membuatku
basah dan kedinginan. Kau bilang, kau siap memberikan payung-payung lainmu
kapanpun aku membutuhkannya. Ku pikir hujan sudah reda, seberkas sinar matahari
muncul dari balik awan mendung bertinta kelabu. Ku lepas payung yang sejak tadi
bertengger indah menjagaku dari basahnya hujan. Tetapi semenit kemudian hujan
kembali menghiasi langit berawan kelabu. Aku ingat, meninggalkan payung yang
kau berikan di tempat perteduhan kita. Ragu ingin kembali atau mencari tempat
teduh terdekat. Tetapi tanpa pernah ku duga, kau datang membawa sepasang payung
beralaskan matahari dan pelangi, memberikannya untukku. Kau pasang selapis
jaket yang berhiaskan langit biru dan awan putih di tubuhku, begitu hangat.
Tanganmu menggenggam erat tanganku, mengajakku kembali pada tempat perteduhan
yang ternyata begitu ku rindukan.
Kau masih
kembali. Tidak pernah menyerah.
No comments:
Post a Comment