Tuesday, November 25, 2014

Angin Dalam Letusan Balon



Kenapa harus terluka jika bisa bahagia?

Banyak hal di dunia ini yang membutuhkan pengorbanan. Banyak hal pula di dunia ini yang harus dikorbankan. Bagaimana? Kamu memilih berkorban atau dikorbankan?

Akhir-akhir ini begitu banyak hal penting yang terlintas didepan mata saya, tentang beberapa hal yang saya rasa harus ditaklukkan dengan pengorbanan namun terlalui begitu saja. Hasilnya? Adalah sesuatu yang sama sekali jauh dari harapan.

Ada begitu banyak ke-ego-an.

Mungkin kalimat itu lebih cocok saya rasa. Berbicara tentang ego, ke-aku-an, peduli amat, dan vocab lainnya yang bersinonim, rasanya terlalu sakit kalau harus melihat dan menyaksikan semua hal itu seorang diri. Dan benar semuanya telah saya lalui, saya rasakan. Bahkan 'nyeseknya' masih belum memudar. Salah saya bila rasa ini masih belum hilang dari ingatan? 

Sulit bagi beberapa orang untuk bisa membuka mata, melihat dunia tidak dengan sebelah mata, melihat bahwa di luar sana ada begitu banyak penantian-penantian yang menunggu uluran tangan seseorang untuk mengajaknya merasa bahagia.

Sulit mendapat respon!

Itu bukanlah perkara yang mudah. Bagi sebagian orang jika ia sedang berada pada suatu lingkaran, sulit baginya untuk melihat orang lain dalam lingkaran yang berbeda. Mungkin karena alasan 'fokus' ataupun 'ukuran lingkaran'. Apapun itu. Yang jelas, fokusnya hanya tertuju pada diri sendiri. Kepada apa yang ia tujukan dalam hidupnya. Kepada apa yang ia percayai harus ia raih. Masalah saya masalah kamu masalah dia, tidak masuk dalam kamus tujuan hidupnya. Yang ia tahu, ia hanya akan berubah terhadap dirinya sendiri.

Ribet?
Tentu saja.
Pernah mengalaminya?
Jelas.

Ada begitu banyak hal di dunia yang sedikit banyaknya menjadi angin dalam letusan balon, kemudian hilang. Beberapa tersisa, tetapi hanya sebagian kecil. Lalu akan di bawa kemana pengorbanan seorang anak kecil yang menangis seorang diri sedangkan ia hanya memiliki satu-satunya balon yang sudah meletus? Satu-satunya barang berharga yang ia jaga dalam hidupnya.

Akankah ke-ego-an mencair dari benak orang-orang yang melihatnya?

Kemana sang anak harus mencari balon penggantinya? Pada wajah-wajah yang memasang tampang sebelah mata? Atau pada sisa angin balon yang mulai menghilang?

Siapa yang mau berkorban deminya?

No comments:

Post a Comment