Kenapa
harus terluka jika bisa bahagia?
Banyak hal di dunia ini yang membutuhkan pengorbanan. Banyak
hal pula di dunia ini yang harus dikorbankan. Bagaimana? Kamu memilih berkorban
atau dikorbankan?
Akhir-akhir ini begitu banyak hal penting yang terlintas
didepan mata saya, tentang beberapa hal yang saya rasa harus ditaklukkan dengan
pengorbanan namun terlalui begitu saja. Hasilnya? Adalah sesuatu yang sama
sekali jauh dari harapan.
Ada begitu banyak ke-ego-an.
Mungkin kalimat itu lebih cocok saya rasa. Berbicara tentang
ego, ke-aku-an, peduli amat, dan vocab lainnya yang bersinonim, rasanya
terlalu sakit kalau harus melihat dan menyaksikan semua hal itu seorang diri.
Dan benar semuanya telah saya lalui, saya rasakan. Bahkan 'nyeseknya' masih
belum memudar. Salah saya bila rasa ini masih belum hilang dari ingatan?
Sulit bagi beberapa orang untuk bisa membuka mata, melihat
dunia tidak dengan sebelah mata, melihat bahwa di luar sana ada begitu banyak
penantian-penantian yang menunggu uluran tangan seseorang untuk mengajaknya
merasa bahagia.
Sulit mendapat respon!
Itu bukanlah perkara yang mudah. Bagi sebagian orang jika ia
sedang berada pada suatu lingkaran, sulit baginya untuk melihat orang lain
dalam lingkaran yang berbeda. Mungkin karena alasan 'fokus' ataupun 'ukuran
lingkaran'. Apapun itu. Yang jelas, fokusnya hanya tertuju pada diri sendiri.
Kepada apa yang ia tujukan dalam hidupnya. Kepada apa yang ia percayai harus ia
raih. Masalah saya masalah kamu masalah dia, tidak masuk dalam kamus tujuan
hidupnya. Yang ia tahu, ia hanya akan berubah terhadap dirinya sendiri.
Ribet?
Tentu saja.
Pernah mengalaminya?
Jelas.
Ada begitu banyak hal di dunia yang sedikit banyaknya
menjadi angin dalam letusan balon, kemudian hilang. Beberapa tersisa, tetapi
hanya sebagian kecil. Lalu akan di bawa kemana pengorbanan seorang anak kecil
yang menangis seorang diri sedangkan ia hanya memiliki satu-satunya balon yang
sudah meletus? Satu-satunya barang berharga yang ia jaga dalam hidupnya.
Akankah ke-ego-an mencair dari benak orang-orang yang
melihatnya?
Kemana sang anak harus mencari balon penggantinya? Pada
wajah-wajah yang memasang tampang sebelah mata? Atau pada sisa angin balon yang
mulai menghilang?
Siapa yang mau berkorban deminya?
No comments:
Post a Comment