Setitik embun pagi, secerah senyum
pagi.
Seberkas
cahaya petang, sebesar harapan masa depan.
Berbicara
tentang mimpi, selalu jadi persoalan konvergen dalam hidup ini bagi beberapa
orang. Apa itu karena mimpi yang terlalu abstrak, atau malah terlalu semu untuk
bisa digapai. Yang pasti, mimpi selalu bisa lahir dan mati kapan saja.
Saya
tipikal orang yang suka bermimpi, suka sekali. Hingga sering dikecewakan oleh
mimpi, saya memutuskan untuk berhenti bermimpi. Kenapa? Karena pada akhirnya
saya sadar bahwa mimpi akan mati pada usianya yang belum beranjak dewasa. Mimpi
saya terlalu muda untuk digapai, terlalu kecil untuk bisa menjadi sebuah
tontonan besar dimasa mendatang.
Saya
terlahir dari mimpi seorang Ibu juga ayah, yang menginginkan anaknya kelak
tumbuh dengan mimpi-mimpi yang besar untuk bisa membanggakannya. Saya terlahir
dari mimpi yang tidak pernah mati, yang kuat dan kokoh, bahkan lebih kokoh dari
sebatang pohon berumur ratusan tahun yang mampu bertahan dari terjangan badai. Tetapi,
saya terlalu mudah bermimpi, terlalu mudah pula mematikan mimpi-mimpi itu
sendiri.
*Sudah
lama tidak menulis kembali, dan kali ini topik yang saya bahas tentang mimpi. Semoga
ini (tulisan pertama setelah lama berhenti menulis) tidak menyedihkan.
Ya,
tulisan ini ber-behind the scene kan
lagu ‘Anggun – Mimpi’.
“Melambung jauh terbang tinggi bersama mimpi
Terlelap dalam lautan emosi
Setelah aku sadar diri kau telah jauh pergi
Tinggalkan mimpi yang tiada bertepi”
Ternyata
mimpi memang tidak pernah mati. Mimpi justru terus hidup dalam setiap kematian
mimpi itu sendiri. Kenapa? Karena mimpi adalah sesuatu tanpa batas. Mimpi seperti
cinta, yang kembali tumbuh meski kembali mati. Mimpi bukan seperti sebuah
mangkuk, yang memiliki ruang dan kapasitas yang terbatas. Mimpi memang tidak
abadi, tetapi dengan mimpi keabadian bisa tercipta.
Beberapa
hari lalu, saya bermimpi. Awalnya itu hanya sekedar mimpi tanpa akar yang kuat.
Tetapi kekuatan mimpi sedikit mulai sedikit tumbuh mengokohkan akar itu. Setelah
bermimpi saya jadi belajar banyak hal, bahwa bukan hanya “Menguatkan mimpi kita
sendiri”, tetapi juga “Menguatkan mimpi orang lain” adalah hal yang seimbang. Tidak
ada yang rugi dengan menumbuhkan mimpi orang lain, justru dengan begitu mimpi
kita akan lebih kuat. Tidak lucu bukan jika kita menghidupkan mimpi orang lain
namun mimpi kita sendiri terbengkalai begitu saja?!
Bahwa
salah satu hal terindah di dunia ini adalah saling berbagi, berbagi semangat
dalam bermimpi.
Kalau
kemarin saya terlalu pupus pada mimpi sendiri, tidak ada salahnya menghilangkan
kepupusan itu pada mimpi orang lain bukan? Toh, sama saja, kebahagiaan bisa
saling dibagi. Kebahagiaan bisa kita dapat dari kebahagiaan orang lain, dari
semangat dan tawa ringan yang dijalaninya. Yang penting, hidup ini happy happy saja :D bagaimana caranya? Kita
harus memikirkannya sendiri!
No comments:
Post a Comment