Katamu
Berani
itu seperti seekor anak harimau yang sedang di kelilingi kerbau hutan dengan
tanduk panjangnya yang siap menerkam. Tetapi, dengan kegagahan yang tiada lawan
tanpa ditemani sang ibu dan ayahnya, anak harimau terus berusaha mengaum
seakan-akan gigi susunya yang baru tumbuh bisa saja merobek daging-daging keras
itu tanpa sisa. Itu ketangguhan yang tersimpan dalam keberanian seekor anak
harimau kecil, yang untuk memanjat pohon saja harus berkali-kali terjatuh tanpa
pernah mencapai dahan pertama.
Katamu
Berani
yang kau suka ya seperti seekor anak harimau. Meskipun berkali-kali meyakinkan
diri bahwa ia sudah besar dan siap menerkam hewan-hewan buas lainnya yang
berani mendekat, tetap saja berakhir dengan larian yang sama sekali kalah cepat
dari mereka.
Katamu
Berani
yang tetap berani itu seperti seekor anak harimau. Jika kau lihat mereka masih
kecil dan belum mampu berlari secepat angin, tanpa sebuah keputus-asaan mereka
akan terus berlari mengejar mangsanya demi mengganjal perut laparnya. Tanpa lelah,
tanpa henti, tanpa rengekan kepada orang tuanya, ia akan terus berlari sekuat
yang ia mampu hingga daging-daging segar yang bergerak itu mencapai gigi kecil
mereka.
Dan
katamu
Kamu
ingin memiliki keberanian seperti seekor anak harimau.
Meski
harus berdiri di tengah hutan seorang diri, meski harus menerkam mangsa yang
terus berlarian seorang diri, meski harus tidur tanpa sesosok ibu di sisi,
meski harus berlari mengitari sepanjang jalan tanpa seorang teman, seekor anak
harimau akan terus berjuang melewati lika-liku hidup.
Karena
pada akhirnya, keberanian seperti apapun itu yang kau inginkan, jika kau tak
pernah melakukannya, itu semua tidak akan pernah ada, katamu. Jadi, beranilah
seperti berani apa adanya dirimu. Lihatlah keberanian seekor anak harimau, dan
yakinilah satu hal. Jika seekor anak harimau saja bisa berani se-berani itu, kenapa kamu tidak?!
No comments:
Post a Comment