Terkadang, bunga hanya mekar pada musim semi. Mereka
diciptakan demikian karena takdir mereka seperti demikian. Bunga ditakdirkan
untuk menemani sang semi yang indah pada waktu tertentu.
Saya
bisa tersenyum saat ini ketika mengenang hari-hari bahagia. Mengingat hari-hari
yang telah terlewati dengan tawa tawa bahagia yang begitu tulus, begitu putih.
Saya bisa tertawa bahagia melihat langit biru yang tetap dan selalu menawan di
mata saya, meskipun orang-orang selalu memandang langit dari sisi yang entah
bagaimana bisa membuatnya terlihat buruk, seperti mendung. Tetapi, bagaimanapun
saya selalu percaya, langit akan tetap seperti langit yang saya pandangi setiap
harinya, seperti langit dengan warna birunya yang seindah biru itu sendiri.
Karena kepercayaan seperti apapun itu, jika kamu tidak yakin terhadap
kepercayaanmu, kepercayaan itu akan runtuh, kecuali kamu mencoba dan berhasil
menjaga kepercayaan terhadap kepercayaanmu sendiri, seperti saya yang selalu
percaya pada langit yang biru.
Ada
hal-hal di dunia ini yang bisa membuat mu tertawa bahagia seketika, pun
menangis seketika itu juga. Seperti bahagianya seorang ibu yang sedang
mengenang –melihat anaknya lahir dengan selamat, kemudian melihatnya tumbuh
dewasa dan menjadi orang yang sukses. Seperti bahagianya orang orang yang
melihat keluarganya selamat dari musibah yang melandanya. Pun seperti melihat
seekor anak kucing yang kesepian, kemudian menemukan keluarganya.
Kebahagiaan
bisa jadi seperti mentari, meski banyak orang yang marah kepadanya karena
sinarnya yang panas sehingga orang-orang selalu menggurutu, ia selalu percaya
bahwa masih ada orang orang di bumi ini yang amat membutuhkan dirinya, membutuhkan
sinar hangatnya yang menghidupkan, membutuhkan setiap energi dari pancarannya
yang bagi sebagian orang adalah suatu kesulitan. Kebahagiaan mentari yang akan
selalu bersinar meski lebih banyak atau lebih sedikit orang yang
membutuhkannya. Yang penting, kebahagiaan yang ia rasakan adalah dapat
bermanfaat bagi orang lain.
Segala
sesuatu yang ada terkadang terlihat salah, meski pun benar. Seperti kesulitan,
selalu dianggap sebagai sesuatu yang bernilai negatif. Seharusnya, dari sebuah
kesulitan itulah bisa lahir suatu nilai positif yang membuat aura negatif
tersebut menghilang. Kalau kita selalu
berpikir negatif, kapan mendapatkan sesuatu yang positif?
Saya
justru bersedih ketika melihat orang-orang diluar sana bahagia. Bukan. Bukan
saya iri atau apa karena melihat kebahagiaan orang lain. Justru kesedihan
itulah yang membuat saya harus bahagia. “Kenapa saya tidak bisa seperti
mereka?”. Kalimat tersebut menimbulkan sebuah semangat baru bagi saya, saya
mulai belajar bahwa Tuhan menitipkan
sebuah kesulitan untuk saya agar saya belajar bagaimana menghargai sebuah
kebahagiaan. Bagaimana saya juga bisa menghargai arti sebuah pertemuan, pun
perpisahan.
Kamu
tau? Bila saat ini saya bisa berdiri dihadapanmu (kembali), saya akan
benar-benar bahagia, lebih bahagia dari kemarin. Tetapi, meskipun saya tidak
mampu, saya masih tetap bahagia. Bahagia karena Tuhan kembali menitipkan sebuah
perpisahan untuk kita, sehingga kebahagiaan kemarin yang telah terlewati terasa
seperti sebuah syukur yang terungkapkan melalui perpisahan.
Kamu
tau? Beberapa orang berusaha membuat saya bahagia, membuat saya kembali menikmati hari-hari seperti kemarin.
Karena ‘sebuah perpisahan’ tidak seharusnya berakhir dengan kesedihan, justru
perpisahan adalah persiapan menuju ‘sebuah pertemuan yang lebih indah’. Saya
sudah berusaha, sudah mencoba untuk kembali terlihat baik-baik saja setelah
perpisahan ini, tetapi lagi-lagi sepertinya saya gagal. Waktu-waktu kemarin
terlalu memenuhi isi kepala saya yang saat ini sedang kosong dan membutuhkan
sebuah kalimat “kita
akan baik-baik saja”.
Saya
tau, hidup seperti bangkit kemudian terjatuh, setelah itu bangkit kembali namun
kemudian kembali terjatuh, dan terus seperti itu. Seperti itulah yang terjadi.
Kemarin saya merasa bangkit, namun hari ini saya terjatuh. Tetapi saya sedang
berusaha bangkit kembali, mempersiapkan segala hal yang harus saya lalui
setelah bangkit. Mempersiapkan segala kemungkinan terbaik dan terburuk yang
akan saya terima setelah saya bangkit. Karena kita tidak akan pernah tahu,
bagian baik atau burukkan yang akan kita dapatkan setelah ini.
Jujur,
saya pernah membenci situasi seperti ini. Situasi ketika saya merasa
ditinggalkan. Ketika saya merasa, “Apakah hanya pasrah yang bisa saya
lakukan?”. Sebagai seorang wanita yang selalu mengutamakan sebuah perasaan
ketimbang sikap, saya pun demikian. Jika ada pepatah yang mengatakan bahwa
tidak ada yang bisa mengerti wanita, saya setuju. Tidak ada yang bisa mengerti
se-detail mungkin perasaan wanita.
Perasaan yang membuatnya merasa seperti ditinggalkan salah satunya.
Membangun
sebuah kepercayaan terkadang sulit, terutama kepada orang-orang yang pernah
membuatmu kecewa atau merasa terkhianati. Tetapi, bukan berarti kepercayaan
harus musnah begitu saja kepada orang orang. Ada hal hal penting didunia ini
yang membutuhkan sebuah kepercayaan, karena tanpa sebuah kepercayaan, hal
tersebut bukanlah apa-apa. Cukup mempercayai kepercayaan tersebut kepada orang
yang kau anggap patut dipercayai, ataupun seseorang yang sangat kau harapkan
dapat dipercayai. Karena dengan mempercayai sebuah kepercayaan, maka
kepercayaan tersebut akan saling mengisi satu sama lain, sehingga tidak ada
yang merasa harus terlukai.
Saya
tidak mengerti, kenapa kepercayaan dalam cinta adalah hal utama yang harus ada,
mungkin karena dengan saling percaya cinta akan berjalan baik-baik saja. Atau
mungkin, dengan percaya cinta akan menjadi sebuah kepasrahan terhadap sebuah
kepercayaan, ya atau tidak. Tetapi satu yang pasti saya ketahui, cinta tidak
membutuhkan kepercayaan yang muluk-muluk, cinta membutuhkan ruang untuk bisa saling mengerti dan meyakini
bahwa semua yang ada tidak pernah ada sebuah kedustaan. Cinta membutuhkan ruang
untuk belajar, bagaimana menghargai perasaan satu dan lainnya. Cinta membutuhkan
ruang untuk bisa bertukar perasaan, mengungkapkan apa apa yang menjadi beban
pun kesulitan. Cinta membutuhkan ruang, ruang kemana ia harus melangkah kembali
pulang ketika perjalanan telah usai.
Dahulu,
saya tidak pernah yakin bahwa perpisahan bisa membawa kita kesebuah pertemuan.
Perpisahan bisa membawa kita kesebuah ruang penantian yang bukan hanya ilusi
belaka. Tetapi sekarang saya belajar satu hal, untuk mengharapkan sesuatu harus
didasarkan pada sebuah keyakinan. Karena keyakinan ibarat sebuah kunci yang
harus kita temukan, kemudian membukanya.
Kalau
kamu pernah menangis karena merasa ditinggalkan, hapuslah air mata itu. Ditinggalkan
bukan berarti kamu harus pasrah terhadap waktu,terhadap apa yang pernah
meninggalkanmu akan kembali. Karena hidup bukan untuk merasakan arti sebuah
ditinggalkan. Hidup adalah mencari sesuatu yang terasa ditinggalkan, kemudian
menggapainya. Hidup tidak pernah berbohong terhadap apa apa yang pernah ada, baik
nyata maupun semu. Hidup selalu mengalir seperti sungai kejujuran, hanya saja
tak terbatas kepada semua kejujuran.
Saya
pernah berpikir, bahwa menjadi seorang wanita yang hanya bisa bermodalkan
pasrah terlalu menyedihkan. Sungguh menyedihkan. Bukankah jalan dihadapan mu
masih kosong dan penuh petualangan? Kenapa tidak mencobanya saja? Barangkali,
pasrah tersebut bisa berubah menjadi sebuah semangat yang membuatmu tidak
terpuruk. Setidaknya kamu mempu mengikuti arah jalanmu sendiri dengan benar, meski
hanya sendiri.
Keistimewaan
terindah di dunia ini bisa jadi ketika seseorang yang sudah sejak lama kau
tunggu kehadirannya kemudian berada dihadapanmu. Tidak masalah jika tanpa
seikat mawar merah ataupun sebatang cokelat, yang penting senyumannya yang
selama ini hanya menjadi bunga mimpi mu kini menjadi sebuah kenyataan. kehadirannya
saat ini adalah sebuah masa depan indah
yang patut kau perjuangkan.
Kesedihan
luar biasa di dunia ini bisa jadi ketika seseorang yang sudah sejak lama kau
tunggu kehadirannya, kemudian hadir, setelah itu kembali pergi –meninggalkanmu.
Meninggalkan senyuman indah yang kau harap selalu dapat menghiasi hari-harimu. Tidak
masalah jika seseorang yang telah kau tunggu kehadirannya kemudian kembali
pergi, selama ia juga akan kembali lagi, pasti.
Ada
banyak pertemuan dalam hidup ini, pun perpisahan. Ada banyak pertemuan yang
berakhir bahagia, pun yang berakhir terluka. Ada banyak cerita-cerita indah
dalam hidup ini, pun cerita duka. Ada banyak hal di dunia ini, yang kita
ketahui pun tidak. Jadi, kenapa hanya diam saja? Hidup bukan untuk menjadi
sebuah titik nol di kutub selatan dalam kebekuan. Hidup untuk menjalani
cerita-cerita itu. Tergantung bagaimana kita menjalankannya, mengharapkan
pertemuan yang seperti apa, perpisahan yang seperti apa. Hidup tergantung
bagaimana kita mengelola semua masa lalu demi masa depan, demi citacita apa
yang seharusnya kita raih. Hidup juga tentang belajar bagaimana menjalani
sebuah proses didalamnya, bukan hanya hasil dalam angan angan, tetapi akhir
dari sebuah proses yang kamu harapkan. Termasuk sepandai apa kamu menghargai
sebuah pertemuan, baik singkat maupun tidak. Seperti apa kamu mensiasatinya
agar pertemuan tersebut tidak membuatmu
menjadi orang-orang yang merugi. Karena sebuah pertemuan bisa menentukan
segalanya, termasuk masa depanmu.
“For a reason that
is still the same, always waiting for you to come back”
No comments:
Post a Comment