Sunday, April 6, 2014

Menghargai Sebuah Pertemuan



Terkadang, bunga hanya mekar pada musim semi. Mereka diciptakan demikian karena takdir mereka seperti demikian. Bunga ditakdirkan untuk menemani sang semi yang indah pada waktu tertentu.

Saya bisa tersenyum saat ini ketika mengenang hari-hari bahagia. Mengingat hari-hari yang telah terlewati dengan tawa tawa bahagia yang begitu tulus, begitu putih. Saya bisa tertawa bahagia melihat langit biru yang tetap dan selalu menawan di mata saya, meskipun orang-orang selalu memandang langit dari sisi yang entah bagaimana bisa membuatnya terlihat buruk, seperti mendung. Tetapi, bagaimanapun saya selalu percaya, langit akan tetap seperti langit yang saya pandangi setiap harinya, seperti langit dengan warna birunya yang seindah biru itu sendiri. Karena kepercayaan seperti apapun itu, jika kamu tidak yakin terhadap kepercayaanmu, kepercayaan itu akan runtuh, kecuali kamu mencoba dan berhasil menjaga kepercayaan terhadap kepercayaanmu sendiri, seperti saya yang selalu percaya pada langit yang biru.

Ada hal-hal di dunia ini yang bisa membuat mu tertawa bahagia seketika, pun menangis seketika itu juga. Seperti bahagianya seorang ibu yang sedang mengenang –melihat anaknya lahir dengan selamat, kemudian melihatnya tumbuh dewasa dan menjadi orang yang sukses. Seperti bahagianya orang orang yang melihat keluarganya selamat dari musibah yang melandanya. Pun seperti melihat seekor anak kucing yang kesepian, kemudian menemukan keluarganya.

Kebahagiaan bisa jadi seperti mentari, meski banyak orang yang marah kepadanya karena sinarnya yang panas sehingga orang-orang selalu menggurutu, ia selalu percaya bahwa masih ada orang orang di bumi ini yang amat membutuhkan dirinya, membutuhkan sinar hangatnya yang menghidupkan, membutuhkan setiap energi dari pancarannya yang bagi sebagian orang adalah suatu kesulitan. Kebahagiaan mentari yang akan selalu bersinar meski lebih banyak atau lebih sedikit orang yang membutuhkannya. Yang penting, kebahagiaan yang ia rasakan adalah dapat bermanfaat bagi orang lain.

Segala sesuatu yang ada terkadang terlihat salah, meski pun benar. Seperti kesulitan, selalu dianggap sebagai sesuatu yang bernilai negatif. Seharusnya, dari sebuah kesulitan itulah bisa lahir suatu nilai positif yang membuat aura negatif tersebut menghilang. Kalau kita selalu berpikir negatif, kapan mendapatkan sesuatu yang positif?

Saya justru bersedih ketika melihat orang-orang diluar sana bahagia. Bukan. Bukan saya iri atau apa karena melihat kebahagiaan orang lain. Justru kesedihan itulah yang membuat saya harus bahagia. “Kenapa saya tidak bisa seperti mereka?”. Kalimat tersebut menimbulkan sebuah semangat baru bagi saya, saya mulai belajar bahwa Tuhan menitipkan sebuah kesulitan untuk saya agar saya belajar bagaimana menghargai sebuah kebahagiaan. Bagaimana saya juga bisa menghargai arti sebuah pertemuan, pun perpisahan.

Kamu tau? Bila saat ini saya bisa berdiri dihadapanmu (kembali), saya akan benar-benar bahagia, lebih bahagia dari kemarin. Tetapi, meskipun saya tidak mampu, saya masih tetap bahagia. Bahagia karena Tuhan kembali menitipkan sebuah perpisahan untuk kita, sehingga kebahagiaan kemarin yang telah terlewati terasa seperti sebuah syukur yang terungkapkan melalui perpisahan.

Kamu tau? Beberapa orang berusaha membuat saya bahagia, membuat saya  kembali menikmati hari-hari seperti kemarin. Karena ‘sebuah perpisahan’ tidak seharusnya berakhir dengan kesedihan, justru perpisahan adalah persiapan menuju ‘sebuah pertemuan yang lebih indah’. Saya sudah berusaha, sudah mencoba untuk kembali terlihat baik-baik saja setelah perpisahan ini, tetapi lagi-lagi sepertinya saya gagal. Waktu-waktu kemarin terlalu memenuhi isi kepala saya yang saat ini sedang kosong dan membutuhkan sebuah kalimat “kita akan baik-baik saja”.

Saya tau, hidup seperti bangkit kemudian terjatuh, setelah itu bangkit kembali namun kemudian kembali terjatuh, dan terus seperti itu. Seperti itulah yang terjadi. Kemarin saya merasa bangkit, namun hari ini saya terjatuh. Tetapi saya sedang berusaha bangkit kembali, mempersiapkan segala hal yang harus saya lalui setelah bangkit. Mempersiapkan segala kemungkinan terbaik dan terburuk yang akan saya terima setelah saya bangkit. Karena kita tidak akan pernah tahu, bagian baik atau burukkan yang akan kita dapatkan setelah ini.

Jujur, saya pernah membenci situasi seperti ini. Situasi ketika saya merasa ditinggalkan. Ketika saya merasa, “Apakah hanya pasrah yang bisa saya lakukan?”. Sebagai seorang wanita yang selalu mengutamakan sebuah perasaan ketimbang sikap, saya pun demikian. Jika ada pepatah yang mengatakan bahwa tidak ada yang bisa mengerti wanita, saya setuju. Tidak ada yang bisa mengerti se-detail mungkin perasaan wanita. Perasaan yang membuatnya merasa seperti ditinggalkan salah satunya.

Membangun sebuah kepercayaan terkadang sulit, terutama kepada orang-orang yang pernah membuatmu kecewa atau merasa terkhianati. Tetapi, bukan berarti kepercayaan harus musnah begitu saja kepada orang orang. Ada hal hal penting didunia ini yang membutuhkan sebuah kepercayaan, karena tanpa sebuah kepercayaan, hal tersebut bukanlah apa-apa. Cukup mempercayai kepercayaan tersebut kepada orang yang kau anggap patut dipercayai, ataupun seseorang yang sangat kau harapkan dapat dipercayai. Karena dengan mempercayai sebuah kepercayaan, maka kepercayaan tersebut akan saling mengisi satu sama lain, sehingga tidak ada yang  merasa harus terlukai.

Saya tidak mengerti, kenapa kepercayaan dalam cinta adalah hal utama yang harus ada, mungkin karena dengan saling percaya cinta akan berjalan baik-baik saja. Atau mungkin, dengan percaya cinta akan menjadi sebuah kepasrahan terhadap sebuah kepercayaan, ya atau tidak. Tetapi satu yang pasti saya ketahui, cinta tidak membutuhkan kepercayaan yang muluk-muluk, cinta membutuhkan  ruang untuk bisa saling mengerti dan meyakini bahwa semua yang ada tidak pernah ada sebuah kedustaan. Cinta membutuhkan ruang untuk belajar, bagaimana menghargai perasaan satu dan lainnya. Cinta membutuhkan ruang untuk bisa bertukar perasaan, mengungkapkan apa apa yang menjadi beban pun kesulitan. Cinta membutuhkan ruang, ruang kemana ia harus melangkah kembali pulang ketika perjalanan telah usai.

Dahulu, saya tidak pernah yakin bahwa perpisahan bisa membawa kita kesebuah pertemuan. Perpisahan bisa membawa kita kesebuah ruang penantian yang bukan hanya ilusi belaka. Tetapi sekarang saya belajar satu hal, untuk mengharapkan sesuatu harus didasarkan pada sebuah keyakinan. Karena keyakinan ibarat sebuah kunci yang harus kita temukan, kemudian membukanya.

Kalau kamu pernah menangis karena merasa ditinggalkan, hapuslah air mata itu. Ditinggalkan bukan berarti kamu harus pasrah terhadap waktu,terhadap apa yang pernah meninggalkanmu akan kembali. Karena hidup bukan untuk merasakan arti sebuah ditinggalkan. Hidup adalah mencari sesuatu yang terasa ditinggalkan, kemudian menggapainya. Hidup tidak pernah berbohong terhadap apa apa yang pernah ada, baik nyata maupun semu. Hidup selalu mengalir seperti sungai kejujuran, hanya saja tak terbatas kepada semua kejujuran.

Saya pernah berpikir, bahwa menjadi seorang wanita yang hanya bisa bermodalkan pasrah terlalu menyedihkan. Sungguh menyedihkan. Bukankah jalan dihadapan mu masih kosong dan penuh petualangan? Kenapa tidak mencobanya saja? Barangkali, pasrah tersebut bisa berubah menjadi sebuah semangat yang membuatmu tidak terpuruk. Setidaknya kamu mempu mengikuti arah jalanmu sendiri dengan benar, meski hanya sendiri.

Keistimewaan terindah di dunia ini bisa jadi ketika seseorang yang sudah sejak lama kau tunggu kehadirannya kemudian berada dihadapanmu. Tidak masalah jika tanpa seikat mawar merah ataupun sebatang cokelat, yang penting senyumannya yang selama ini hanya menjadi bunga mimpi mu kini menjadi sebuah kenyataan. kehadirannya saat ini  adalah sebuah masa depan indah yang patut kau perjuangkan.

Kesedihan luar biasa di dunia ini bisa jadi ketika seseorang yang sudah sejak lama kau tunggu kehadirannya, kemudian hadir, setelah itu kembali pergi –meninggalkanmu. Meninggalkan senyuman indah yang kau harap selalu dapat menghiasi hari-harimu. Tidak masalah jika seseorang yang telah kau tunggu kehadirannya kemudian kembali pergi, selama ia juga akan kembali lagi, pasti.

Ada banyak pertemuan dalam hidup ini, pun perpisahan. Ada banyak pertemuan yang berakhir bahagia, pun yang berakhir terluka. Ada banyak cerita-cerita indah dalam hidup ini, pun cerita duka. Ada banyak hal di dunia ini, yang kita ketahui pun tidak. Jadi, kenapa hanya diam saja? Hidup bukan untuk menjadi sebuah titik nol di kutub selatan dalam kebekuan. Hidup untuk menjalani cerita-cerita itu. Tergantung bagaimana kita menjalankannya, mengharapkan pertemuan yang seperti apa, perpisahan yang seperti apa. Hidup tergantung bagaimana kita mengelola semua masa lalu demi masa depan, demi citacita apa yang seharusnya kita raih. Hidup juga tentang belajar bagaimana menjalani sebuah proses didalamnya, bukan hanya hasil dalam angan angan, tetapi akhir dari sebuah proses yang kamu harapkan. Termasuk sepandai apa kamu menghargai sebuah pertemuan, baik singkat maupun tidak. Seperti apa kamu mensiasatinya agar pertemuan tersebut tidak membuatmu  menjadi orang-orang yang merugi. Karena sebuah pertemuan bisa menentukan segalanya, termasuk masa depanmu.

“For a reason that is still the same, always waiting for you to come back

No comments:

Post a Comment