Sunday, April 13, 2014

Hukum alam? Percaya deh



Ketidaktahuan dan kepurapuraan tidak tau itu berbeda tipis. Semakin tipis perbedaan diantara mereka, semakin mudah pula kebohongan mengalir dalam setiap perkataan. Jadi kalau sudah begitu, untuk apa lagi diciptakan sesuatu yang bersifat real ketidaktahuan?

Bagaimana dengan mereka; orang-orang yang menjadi korban terhadap kepurapuraan tidak tau itu. Merasa dirugikan, pasti. Merasa dikhianati, juga pasti. Terlebih kepada orang orang yang mereka percayakan, kemudian mereka melakukan kepurapuraan tidak tau tersebut.

Sering kali dalam hidup ini,  hanya untuk mementingkan dirinya sendiri kemudian melakukan kepurapuraan itu. Tidak usah jauh-jauh, saya hampir setiap kali melihatnya. Entah itu kepurapuraan yang disengaja atau kepurapuraan yang lainnya. Yang jelas, kepurapuraan macam apapun itu merugikan –untuk orang lain.

Saya sering bertanya tanya, bagaimana mampu ‘mereka’ melakukan itu? Tidak pernahkah mendengarkan “hukum alam”? Tidak pernahkah merasa takut akan hal yang mereka lakukan kepada orang lain akan menimpa diri mereka –karena hukum alam itu berlaku– suatu saat nanti? Seberapa besar kepercayaan mereka menilai hukum alam mampu melakukan kepurapuraan yang pernah mereka lakukan itu sehingga sama sekali tidak bergeming pun berpindah dari itu? Setengahnya? Kurang dari setengahnya? Atau sama sekali tidak?

Sayang lho nasib orang-orang yang mendapat perlakuan seperti  itu. Banyak ruginya dan banyak kurangnya. Kalau mereka bisa untuk tidak melakukan kepurapuraan itu, kenapa tidak di coba saja? Barangkali dengan tanpa hanya memikirkan diri sendiri, apa mau diri sendiri, kebahagiaan bisa kita dapat berbarengan kok. Tidak harus melalui suatu proses ‘kepurapuran’ itu. Tanpa itu semua, aku, kamu, dia, kita, bisa hidup lebih nyaman berbarengan.

Dibuang saja ya setiap kepurapuraan itu. Sama sekali tidak ada manfaat baiknya kok, kecuali hanya demi kepentingan diri seseorang saja. Bukankah Tuhan telah menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi ini untuk saling membantu. Lantas kenapa masih membuat orang lain sengsara demi sesuatu yang tidak akan di bawa hingga mati nanti?

Berubah ya. Hidup tidak semudah seorang pelukis menoreskan tinta pada kanvasnya kok.

No comments:

Post a Comment