Ketidaktahuan
dan kepurapuraan tidak tau itu berbeda tipis. Semakin tipis perbedaan diantara
mereka, semakin mudah pula kebohongan mengalir dalam setiap perkataan. Jadi
kalau sudah begitu, untuk apa lagi diciptakan sesuatu yang bersifat real ketidaktahuan?
Bagaimana
dengan mereka; orang-orang yang menjadi korban terhadap kepurapuraan tidak tau
itu. Merasa dirugikan, pasti. Merasa dikhianati, juga pasti. Terlebih kepada
orang orang yang mereka percayakan, kemudian mereka melakukan kepurapuraan
tidak tau tersebut.
Sering
kali dalam hidup ini, hanya untuk
mementingkan dirinya sendiri kemudian melakukan kepurapuraan itu. Tidak usah
jauh-jauh, saya hampir setiap kali melihatnya. Entah itu kepurapuraan yang
disengaja atau kepurapuraan yang lainnya. Yang jelas, kepurapuraan macam apapun
itu merugikan –untuk orang lain.
Saya
sering bertanya tanya, bagaimana mampu ‘mereka’ melakukan itu? Tidak pernahkah
mendengarkan “hukum alam”? Tidak pernahkah merasa takut akan hal yang mereka
lakukan kepada orang lain akan menimpa diri mereka –karena hukum alam itu
berlaku– suatu saat nanti? Seberapa besar kepercayaan mereka menilai hukum alam
mampu melakukan kepurapuraan yang pernah mereka lakukan itu sehingga sama
sekali tidak bergeming pun berpindah dari itu? Setengahnya? Kurang dari
setengahnya? Atau sama sekali tidak?
Sayang
lho nasib orang-orang yang mendapat perlakuan seperti itu. Banyak ruginya dan banyak kurangnya. Kalau
mereka bisa untuk tidak melakukan kepurapuraan itu, kenapa tidak di coba saja? Barangkali
dengan tanpa hanya memikirkan diri sendiri, apa mau diri sendiri, kebahagiaan bisa
kita dapat berbarengan kok. Tidak harus melalui suatu proses ‘kepurapuran’ itu.
Tanpa itu semua, aku, kamu, dia, kita, bisa hidup lebih nyaman berbarengan.
Dibuang
saja ya setiap kepurapuraan itu. Sama sekali tidak ada manfaat baiknya kok,
kecuali hanya demi kepentingan diri seseorang saja. Bukankah Tuhan telah
menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi ini untuk saling
membantu. Lantas kenapa masih membuat orang lain sengsara demi sesuatu yang
tidak akan di bawa hingga mati nanti?
Berubah
ya. Hidup tidak semudah seorang pelukis menoreskan tinta pada kanvasnya kok.
No comments:
Post a Comment