Setelah menjalani hidup yang belum terlalu lama ini, aku baru
menyadari satu hal.
Bahwa kehidupan = pertemuan + perpisahan
Kenapa? Karena memang seperti itu. Ada yang ingin menyangkalnya?
Apa alasan kita untuk menyangkalnya? Kita tidak dapat membohongi
dirimu sendiri. Kehidupan memang seperti itu.
Setiap pertemuan selalu ada perpisahan. Tidak peduli kita sanggup
menerimanya atau tidak. Tetapi yang jelas,
ketika perpisahan itu datang, kita harus siap menerimanya.
Dan aku harus siap.
3 tahun yang ku lewati bersama mereka. Suka duka, canda tawa,
tangisan, kesakitan, kabahagiaan, kebersamaan, kini semuanya harus berakhir. Berakhir?
Aku yakin ini akan berakhir? Ku harap tidak. tapi Ini akan terjadi. Kemarin malam,
rasanya aku begitu merasakan sakit. Sakit yang kalian tau, ini bukan hanya
sekedar sakit biasa. Tapi jiwa ini, hati ini, perasaan ini.
Air mata memang tak dapat terbendung. Mungkin aku pikir ini memang
saatnya untuk melepaskan semua air mata, agar penat yang membendung hati ini
bisa sedikit berkurang. Entahlah, dengan aku menangis atau bersedih perasaan
kehilangan ini akan menghilang atau tidak. Tapi aku yakin itu bisa sedikit
mengurangi.
Membayangkan wajah wajah yang dulu tertawa di depanku, yang bersedih
ikut merasakan perasaan ku, yang penuh daya tarik sendiri, yang membuat
kehebohan, yang membantu satu sama lain. Wajah wajah yang saat ini aku yakin,
akan selalu aku rindukan jika waktu itu tiba. Mereka yang selalu ada dikala aku
sedih, apalagi dikala aku bahagia. Mereka yang ada ketika kami sama sama
kelaparan, sama sama kekenyangan. Mereka yang datang membangunkan ku ketika aku
terjatuh, ketika aku butuh obat. Mereka yang selalu mengantarku ketika aku
pergi ke suatu tempat. Mereka yang selalu berjalan dengan ku, kapan pun itu,
pergi sekolah, pulang sekolah, kapan saja dan dimana saja.
Mereka yang ku harap juga sama seperti ku, tak ingin melupakan ini
semua meski perpisahan ini harus ada.
Dan dia, dia yang juga ada untuk hidupku. Mengulurkan tangannya
untuk membantuku kapan pun tanpa aku minta. Yang menjaga ku ketika aku sakit
dengan caranya sendiri. Yang membuat ku tertawa ketika aku sedang bersedih. Yang
menemaniku ketika aku sendiri. Dia. Ku harap perpisahan ini tak mengubah
apapun, siapapun dan dia.
Begitu pahinya rasa ini. Hal tersulit yang memang harus kita hadap
bersama. Entahlah kita sanggup atau tidak, tapi satu yang pasti. Kita memang
harus sanggup. Sanggup untuk kehilangan waktu bersama wajah wajah yang dulu
selalu hadir di setiap kita terbangun di pagi hari.
Kini semuanya mungkin memang harus berakhir dengan perpisahan ini. Tetapi,
bukan berakhir dengan tanpa ketidakpedulian sama sekali pada kehidupan ini. Mungkin
ini hanya sekedar sebuah cerita, dimana cerita itu sudah berada pada epilognya
dan akan segera tamat. Namun bukan berarti kita tidak dapat membuat cerita
baru. Banyak kesempatan bagi kita untuk kembali membuat cerita ini mungkin. Cerita
antara kita.
No comments:
Post a Comment