Monday, March 11, 2013

Perpisahan


Perasaan itu halus, semakin halus semakin tak terasa. Perasaan itu transparan, semakin transparan semakin tampak.
Beberapa hari yang lalu, aku baru saja mengikuti sebuah acara perpisahan di sekolahku. ya sebuah acara perpisahan yang selalu dan selalu identik dengan kesedihan. Namanya juga perpisahan. Tapi bagiku mungkin acara perpisahan yang aku ikuti itu tidak terlalu mengesankan bagiku. Ya maksud ku, intinya karena aku sedang tidak berperan di dalamnya. 
Tapi satu hal yang membuat aku merasa seperti tersentuh. Apa itu istilahnya, aku seperti merasa menjadi bagiannya. Aku dapat merasakan bagian perpisahan itu. Ketika setiap kata kata yang terucap oleh mereka dan terdengar oleh ku, tepatnya ku dengar, itu seperti menunjukkan aku, aku suatu ketika nanti.
Perpisahan, bukan akhir segalanya. Kita masih bisa berjumpa suatu saat ini. Meski waktu dan jarak memisahkan, itu bukanlah suatu penghalang untuk kita. Hanya mautlah yang dapt memisahkan kita.
Aku ingin meneteskan air mata saat itu juga. Ingin. Tapi, aku juga tidak ingin. Ini terlalu cepat bagiku. Terlalu cepat. Aku belum sanggup menghadapi ini.
Beberapa waktu yang lalu, tidak lama dari hari perpisahan ini. Aku sudah cukup menangis. Ini terlalu sakit. Ini tak pernah ku duga. Aku, aku bisa apa?
Pantaskah?
Apa semua perpisahan harus dengan kesedihan?
Apa semua akhir cerita harus ada perpisahan?
Di setiap pertemuan pasti ada perpisahan.
Apa harus semua pertemuan di akhiri dengan perpisahan?
Bisakah ketika bertemu tak pernah merasakan perpisahan?
Haruskah perpisahan itu ada?
Mampukah, aku, kamu, kita, dan semuanya merasakan perpisahan?
Perpisahan? Kenapa harus ada?
Pertemuan begitu indah, kenapa perpisahan begitu menyakitkan?
Apa aku harus mempersiapkan diri untuk menghadapinya? Atau hanya menjalaninya seperti biasa hingga tiba waktu itu?

No comments:

Post a Comment