Sunday, December 23, 2018

That's (not) You


“Cinta itu remang, memang. Terkadang hanya angan-angan.” - K

Aku hampir lupa
Pernah dan mungkin bahkan sedang menunggunya. 
Lama, sudah lama memang. Tapi ku akui, aku masih menunggunya. Sebab, aku rasa aku bisa menunggunya, meski telah selama ini, dan selama yang tak ku tau. 

Seperti yang sudah sudah. Aku kerap memandangi fotonya. Sambil menerka nerka, tipe tawa seperti apa lagi yang akan muncul dari bibirnya. Senyum secerah apa lagi yang sebanding dengan Mentari. Lalu aku akan memasang senyum terbaik yang ku punya hari itu. 

Oh iya, kau ingat, pernah berkata padaku bahwa senyum itu abadi. 
Kau benar, senyumnya abadi. Ada atau tanpa dirinya di hadapan ku, bahkan dalam secarik foto pun, senyumnya benar benar abadi. 

Lihat, Cinta memang se-remang itu. 

Kau tau? dalam diamku, namanya tetap terucap. Padahal tumpukan deadline terus berseliweran disudut kepala. Namun, sepenggal namanya seakan terus hidup tanpa pernah ku minta. Kau tau, cinta seharusnya tak perlu serumit itu. Ia hanya perlu disederhanakan. Seperti bahagiamu. Cinta seharusnya juga tak perlu membuatmu lelah. Ia justru menguatkan. Seperti semangatmu. 

Aku mulai menerka-nerka. Apa ini terlalu berlebihan? Seakan inderaku tertutup oleh rasa. 
Kau bertanya padaku, jika diam-diam seperti ini apa aku akan tetap memenangkan hatinya kelak?
Aku diam sejenak. 
Pertanyaanmu mengusik imajinasiku tentang tawamu, seakan berubah dingin. 
Aku seakan menjadi seorang pencuri. Yang mengendap endap, diam, tak ingin ketahuan. 

Seharusnya aku tak perlu menjadi seorang pencuri. Seperti katamu, terus terang saja. 
Meski kelu, remang akan berubah terang. 

Seandainya kamu tau, bahwa dia adalah kamu, dirimu sendiri. Seharusnya aku tak lagi perlu cemas.



Meskipun cinta itu remang, yang penting ia tetap punya cahaya, untuk menyinari cintanya.

No comments:

Post a Comment