“Bagimu, aku sama saja, sesuatu yang mudah
kau tarik ulur seperti dahulu.”
Ku rasa detak jarum jam kali ini
begitu lambat, hingga aku bisa merasakan detaknya jantung yang begitu lemah.
Bayangan-bayangan tawa masih mengalir dengan lembut sebelum ombak buruk
memecahkannya. Aku berusaha memasang tali sepatu segera mungkin, bersiap lari
dari masa lalu. Tetapi bayanganku tak kunjung menurut, ia tetap tinggal
ditempat duduk ku terakhir, menggenggam harapan kosong.
Aku kembali.
Berusaha memujuknya, namun ia
merajuk.
Aku berniat meninggalkannya. Ku
kencangkan kembali tali sepatu. Wajahku menoleh, melihat bayanganku sendiri. Ia
sedang menangis. Ku urungkan niat meninggalkannya. Ku peluk erat bayanganku
sendiri. Begitu erat, hingga aku lupa bahwa aku sedang berusaha seorang diri.
END
No comments:
Post a Comment