Aku
rindu dirinya.
Gelak
tawanya mengubah deru jantungku. Bukan rasa jatuh pada cinta yang mendalam,
hanya perihal rasa tenang dan damai.
Ku langkahkan kaki menuju trotoar, deru mesin masih sama. Ribut, tak
berarti. Ku palingkan wajah, mencari sebuah bangunan yang memanggil, aroma
racikan bumbu goreng menggumpal bulu-bulu hidungku. Ku langkahkah kaki, meski
mesin ribut tak berpaling dan menjauh. Ku temukan dirinya duduk dipojok jendela
berbingkaikan jemari pohon. Ku letakkan setangkai aster putih, bukan bunga
favoritnya. Hanya sisa perjalanan ku yang begitu membosankan.
Kemudian kami diam. Hanya diam. Sampai dering jam 6 sore bergema
keras.
Aku bangkit. Memetik satu helai kelopak aster yang ku letakkan tadi.
Kemudian pergi tanpa sepatah kata. Dia hanya menggumam dalam bisu.
END
No comments:
Post a Comment