Friday, January 27, 2017

Ranting Yang Patah

Saya pernah sayang dengan begitu tulus pada seseorang, yang tidak menyayangi saya kembali dengan baik. Karena dia, saya tahu saya berharga – Falafu

Tanganku bergetar hebat, lalu lalang hujan masih deras seperti kemarin. Kaleng soda berwarna hijau masih ku genggam erat, berharap getarannya dapat diserap soda. Ranting-ranting pohon bertebaran sepanjang jalan, angin kencang mematahkannya. Jaketku basah dan lusuh tak beraturan. Ku genggam kaleng soda lebih erat.

Kaki ku kembali melangkah menapaki rumput-rumput becek dibawah derai hujan, menunggu pelangi. Ku hapus tetes-tetes air yang membasahi wajahku. Ku kocok soda perlahan, namun tatap mataku tak henti memandang ratusan ranting yang berceceran, patah, semak, tak bernyawa. Ku ceburkan kaki serta sepatu lusuhku pada genangan yang tak dalam. Ku tatap lekat bayangan yang muncul di sana.

Kekecewaan.
Ku kocok kuat soda yang sejak tadi tergenggam erat. Ku buka tutupnya sedikit kasar. Ku tatap kembali semu wajah yang terpantul dibalik genangan ‘Tak lagi perlu kembali, terlanjur kecewa’. Ku tumpahkan semua isi soda, bayangan pun memudar.

Aku kembali berjalan.
Masih dibawah rinai hujan, namun kali ini menuju pelangi.


END

No comments:

Post a Comment