Saya pernah sayang dengan
begitu tulus pada seseorang, yang tidak menyayangi saya kembali dengan baik.
Karena dia, saya tahu saya berharga – Falafu
Tanganku bergetar hebat, lalu lalang hujan masih deras seperti kemarin.
Kaleng soda berwarna hijau masih ku genggam erat, berharap getarannya dapat diserap
soda. Ranting-ranting pohon bertebaran sepanjang jalan, angin kencang
mematahkannya. Jaketku basah dan lusuh tak beraturan. Ku genggam kaleng soda
lebih erat.
Kaki ku kembali melangkah menapaki rumput-rumput becek dibawah derai
hujan, menunggu pelangi. Ku hapus tetes-tetes air yang membasahi wajahku. Ku
kocok soda perlahan, namun tatap mataku tak henti memandang ratusan ranting
yang berceceran, patah, semak, tak bernyawa. Ku ceburkan kaki serta sepatu
lusuhku pada genangan yang tak dalam. Ku tatap lekat bayangan yang muncul di
sana.
Kekecewaan.
Ku kocok kuat soda yang sejak tadi tergenggam erat. Ku buka tutupnya
sedikit kasar. Ku tatap kembali semu wajah yang terpantul dibalik genangan ‘Tak lagi perlu kembali, terlanjur kecewa’.
Ku tumpahkan semua isi soda, bayangan pun memudar.
Aku kembali berjalan.
Masih dibawah rinai hujan, namun kali ini menuju pelangi.
END
No comments:
Post a Comment