Apa yang terlintas dipikiran saya jika mendengar kata "dream"?
Imajinasi
saya akan mulai traveling
kemana-mana. Mulai memilah satu persatu bagian alam bawah sadar yang disebut
'mimpi' itu. Kenapa? Karena terkadang saya lupa mana bagian hidup yang nyata
dan mana yang mimpi. Kasihan ya? Sampai lupa bagaimana membedakan keduanya.
Meskipun terkadang salah satu dari dunia itu (mimpi) bisa berubah menjadi dunia
lain (nyata). Tetapi inilah gadis yang tidak mempunyai mimpi sejuta dollar – Merry
Riana, tetapi mimpi-mimpinya adalah sesuatu yang berharga baginya.
Beberapa pekan yang
lalu saya mengikuti sebuah seminar bertemakan "semiloka pembangunan
ekonomi berbasis industri inovatif dan kreatif". Salah satu
pembicara tersebut menampilkan sebuah slide yang tertera kalimat "mimpi
yang gratis". It’s so beautiful
words. Saya langsung jatuh cinta dengan kalimat itu.
Mimpi itu gratis.
Jadi kenapa harus disia-siakan? Bukankah kita (khususnya saya) suka yang
gratis-gratis. Seperti makanan gratis –bila ada yang mentraktir– apalagi jika
es krim gratis buat saya. Oke, lewati saja kembali pada topik. Pertanyaannya
adalah kenapa mimpi itu gratis? Atau, bagaimana bisa mimpi itu gratis? Bahkan
di dunia ini segala sesuatu butuh uang untuk mendapatkannya dan orang terus
berlomba-lomba untuk mendapatkan uang -mendapatkan sesuatu itu.
Bagaimana dengan
mimpi. Apakah orang juga berlomba-lomba untuk bermimpi dan meraihnya? Saya
pikir, ya. Karena begitupun dengan saya, saya salah satu dari mereka yang suka
bermimpi. Mungkin bedanya saya terlalu cepat putus asa pada mimpi, sedangkan
mereka tidak kenal putus asa pada sesuatu yang pernah digantungkannya 5 cm di
depan kening kepalanya (inspirasi dari buku yang telah di filmkan '5 cm').
Kalau saya jadi pesimiser (gaya sekali) mungkin saya sudah putus asa sejak
setahun dua tahun atau tiga tahun lalu. Banyak mimpi-mimpi yang masuk dalam
tempat pembuangan sampah pada akhirnya. Tetapi akibat terlalu sering menjadi
optimiser (tetap gaya sekali) dan berkali kali menyemangati mimpi orang lain –sedangkan
mimpi saya sendiri amburaduk– saya kembali bangkit untuk meletakkan mimpi-mimpi
itu 5 cm dihadapan kening saya. Ya, saya pernah bilang bahwa menyemangati orang
lain itu mudah tetapi menyemangati diri sendiri begitu sulit.
This is called a dream free. Jangan pernah
berhenti bermimpi selagi mimpi itu gratis. Ini seperti slogan tentang udara,
oksigen. Oksigen yang selama ini kita hirup setiap saatnya adalah gratis dari
Sang Maha Kuasa. Bayangkan jika oksigen itu harus dibayar seperti tabung
oksigen di rumah sakit, yang harganya subhanallah untuk satu tabung. Apa yang
akan terjadi pada pernafasan kita semua? Begitupun dengan mimpi. Mimpi-mimpi
ini masih gratis, kenapa tidak dimanfaatkan sebaik mungkin? Itu adalah
pertanyaan yang saya tanyakan pada diri sendiri setiap kali harus merasa putus
asa pada sebuah mimpi.
So, dream a dream. Orang-orang sukses dimulai dari sebuah
mimpi hingga sejuta mimpi. Di sanalah mereka mendapatkan mimpi, pada proses
jatuh bangun yang bisa membuat orang gila, pada proses menyemangati mimpi-mimpi
orang lain sehingga sebuah mimpi bukan lagi mimpi pada suatu titik nanti.
Welcome to dreams.
#Fasting2
No comments:
Post a Comment