Tuesday, August 12, 2014

Nicotine For Me

Mencintaimu ibarat nikotin, merasa ketergantungan

Hey kamu. Saya sudah pernah bilang mengenai hal ini sebelumnya? Bahwa kamu seperti nikotin bagi saya, saya merasa kecanduan olehmu. Kamu boleh bebas mengatakan saya gila atau sedikit kurang waras karena mengibaratkanmu dengan salah satu barang tersebut. Tapi memang seperti itu adanya, saya harus bagaimana lagi? 

Kamu benar-benar seperti nikotin, atau saya boleh menyebut hal lain yang lebih sederhana, seperti kafein mungkin? Ah tidak. Saya lebih suka menggunakan kata 'nikotin', kamu suka? Kafein rasanya sudah mainstream, jadi bagaimana, kamu setuju dengan 'nikotin'? Ya seharusnya saya tidak perlu menanyakan perihal setuju atau tidaknya pada kamu. Saya yakin kamu telah lebih dahulu menyetujuinya bukan?!

Rasanya memang benar, kamu benar-benar seperti nikotin buat saya. Saya selalu dan selalu menjadi ketergantungan padamu. Padahal sudah berulang kali saya mencoba lepas dari ketergantungan padamu, tapi tetap saja. Melihat senyummu pagi kemarin, membuat saya ingin melihat senyum itu lagi pagi ini dan pagi esok, juga pagi pagi seterusnya. Senyummu membuat saya merasa menjadi orang beruntung karena telah dianugerahi seseorang yang rela menghabiskan hari-harinya untuk tersenyum demi membuat saya bahagia. 

Jangankan melihat senyummu, memikirkan mu saja sudah membuat saya kecanduan untuk lagi dan lagi memikirkanmu. Kepala ini rasanya hampir dipenuhi dengan segala tentangmu. Sapaan pagi mu yang menyejukkan setiap langkah saya, senyum hangat mu yang mampu membuat saya mengawalai hari yang baru dengan senyuman, canda serta kejahilanmu yang mewarnai elegi kehidupan saya, dan semuanya tentang mu yang berhasil membuat saya jatuh cinta.
Saya tersipu malu menulis tentang 'kamu'. Saat ini, detik-detik sebelum saya mulai mengetik segala haru biru tentang mu, pipi saya sudah merona merah seperti tomat masak yang direbus.

Lagi-lagi, kamu berhasil saya membuat ketergantungan. Bagaimana jika saya sakau suatu saat nanti karena mu? Bisakah kamu bertanggung jawab atas semua itu? Yah, dengan sedikit kecewa saya harus mengatakan ini. Bahwa setiap penggunaan nikotin yang menyebabkan ketergantungan akan menuai sebuh kesakauan bila nikotin tersebut tidak terpenuhi bukan? Mungkin itu yang akan terjadi pada saya di hari berikutnya ketika kamu tidak lagi mampu berada disisi saya seperti saat ini. Saya tau, penyebabnya adalah karena waktu dan jarak, serta keadaan. Tapi, bisakah saya minta satu hal? Tetap temani saya dimasa masa sakau saya ya?! Saya tidak peduli jawabanmu 'ya' atau 'tidak'. Saya hanya ingin mendengar jawaban 'ya' darimu, sulitkah bagimu melakukan itu? Maaf ya, saya harus seegois ini padamu. Tetapi, kamu mengertikan?

Terimakasih ya, kamu selalu mengerti saya. Saya yakin, jawaban 'ya' darimu bukan semata-mata karena kamu takut saya akan menjauhimu atau meminta waktu untuk sendiri dulu -seperti yang sebelumnya- karena bagaimanapun kamu selalu ingin membuat saya bahagiakan, jadi kamu tau jawaban 'ya' akan membuat saya merasa tetap bahagia.

Lagi dan lagi, kamu benar-benar seperti nikotin buat saya. Karena saya merasa nyaman dengan keberadaanmu di sisi saya. Benar-benar nyaman seperti nyamannya para pecandu terhadap nikotin.

Ngomong-ngomong tentang nikotin kembali, apakah kamu pernah berpikir bahwa saya seperti nikotin bagimu?

No comments:

Post a Comment