Aku masih belum bisa mengendalikan emosiku. Aku lemah. Apalagi
dengan keadaan yang seperti ini. Seharusnya aku bisa melawannya, seharusnya aku
bisa bangkit, seharusnya aku tidak mudah terjatuh seperti ini.
Mungkin inilah bagian dari diriku yang akhirnya keluar. Yang
selama ini telah tersimpan, terpendam dengan berbagai emosi ku, yang terus
terpendam lagi dan lagi.
Sesuatu yang hampa.
Mungkin aku harus tegar. Hah, apa? Tegar? Apa yang
terjadi dengan ku?
Mungkin ini masih tentang kemarin kemarin dan kemarin. Tentang
temanku, mungkin sahabatku. Sama saja. Tak ada perubahan. Ya aku tau, aku tak
perlu menunggu, karena itu hanya akan membuang waktu ku. Lebih baik aku
belajar, mempersiapkan diri menuju hari akhir perjuangan. UN, cayoo..
Sejujurnya aku lelah. Aku lelah dengan keadaan ku yang
seperti ini, dengan keadaan kami yang seperti ini. Tapi, apa yang bisa ku
lakukan? Semuanya telah berubah teman. Tak kan ada lagi hal yang selama ini ku
impikan. Never! Jadi, aku harus terima. Mulai sekarang, aku harus bisa menerimanya,
menerima keadaan kami apa adanya.
Well, sebenarnya posting ini gak khusus tentang kemarin
kemarin kemarin lagi memang. Ini lain lagi.
Yang akan aku bahas di sini adalah tentang impian, cita
cita, kebahagiaan, merelakan, dan mungkin sedikit tentang sakit.
Bagaimana rasanya merelakan seseorang?
Seperti ini.
Ku pikir, aku hanya selesai jika aku menutup lembaran
tentang harapan ku, yaitu teman. Ya tak usah aku ceritakan lagi. Itu hanya akan
membuat mata ku kembali berkaca kaca.
Mengejar impian dan cita cita adalah hal lumrah yang
harus dan mungkin di lakukan setiap orang. Apapun, demi cita cita dan harapan,
pasti akan di lakukan. Nah sekarang, bila impian itu sudah muncul di hadapan
kita, apakah kita akan melepaskannya? Melepaskannya demi sesuatu yang tak
pasti? Tidak bukan? Mungkin itulah di rasakannya.
Mungkin, kalau aku menjadi dirinya, aku juga akan
melakukan hal yang sama. Demi sebuah cita cita dan impian selama ini, serta
masa depan.
Jujur, sebenarnya ini bukan hal yang berat bagiku. Ia pergi
ataupun ia tetap disini. Kehidupan tidak ada yang tau kan? Bagaimana kehidupan
kedepan, akan berubah atau tidak? so, kenapa aku harus berat merelakannya? Hey,
jangan membuat sesuatu yang membuat semuanya kacau. Setiap orang punya tujuan
hidup masing masing. Bagitupun dia, aku. Apa salahnya dia mengejar impiannya
dan menuju hidup yang lebih baik? Tidak ada yang salah kok. Yang salah mungkin
perasaan aku yang seperti ini. Kenapa harus sedih? Hey, perasaan seperti ini
lumrhkan? Setiap orang mengalaminya. Tapi, aku mungkin terlalu berlebihan. Hahaha
aku harus tertawa dengan sikap ku sendiri. Ini sungguh tidak fair untuknya. Aku
tidak boleh seperti ini. Apa masalahnya? Tidak ada kan?
Aku seperti ini mungkin karena memang akhir akhir ini
aku merasakan sesuatu yang bukan diriku. Mungkin kali ini juga bukan diriku,
tapi kalaupun ia kali ini adalah diriku, tidak ada yang salah bukan? Aku hanya
perlu tidak egois dan memikirkan perasaanya. Tidak ada yang salah bukan bila ia
bahagia? Aku? Itu hidupku, aku akan mengurusnya, akan.
Ya intinya, meskipun saat ini aku egois,tapi percayalah.
Aku bahagia untukmu. Apapun. meskipun terkadang sakit akan lebih dahulu
menyapaku dan mengobrol ngobrol dengan ku. Apa salahnya? Aku hanya butuh waktu,
menemani sakit ini hingga ia pergi. Setelah itu, aku juga akan mencoba bahagia.
Sudah ku katakan bukan, ini hidup aku. Aku yang akan membuat hidup ku ini
bahagia. Ku harap, kebahagiaan itu juga datang pada ku, seperti sedih yang
datang menyapaku dan mengobrol dengan ku. Entah dalam waktu yang berapa lama. Ku
harap kebahagiaan akan lebih lama mengobrol dengan ku dari pada sedih. Maafkan aku
sedih, tapi aku juga ingin bahagia.

No comments:
Post a Comment