Friday, June 15, 2018

Indie


Welcome June
And
Welcome back

Berbicara Juni, saya ingin menulis tentang “Hujan Bulan Juni”, ya tentu saja, Sapardi Djoko Damono. Malam kemarin Instagram Story saya penuh (eh tidak, hanya 2 akun IG) yang mengucapkan turut beduka cita pada seorang seniman yang tidak begitu terkenal dikalangan remana jaman now.

Ari Malibu

Anggap saja, saya remaja jaman now yang suatu hari tersesat di sebuah akun youtube yang entah apa namanya, kemudian sebuah musik penuh hayat terputar dan membisukan dunia saya untuk sesaat.
Sebuah lagu dalam bentuk musikalisasi puisi ber-genre indie, menghipnotis telinga saya. Lagu tersebut berjudul “Hujan Bulan Juni”, sebuah puisi karya Sapardi Djoko Damono yang kemudian di jadikan lagu oleh 2 seniman yang cukup hebat; Ari Malibu dan Reda Gaudiamo – Ari Reda

Dari lagu tersebut saya beralih ke lagu dengan judul puisi yang cukup booming di kalangan remaja jaman old dan jaman now, “Aku Ingin (Mencintaimu dengan Sederhana)”, ciptakan Pak Sapardi Djoko juga.
And I love it.

Kata Pak Sapardi, puisi Hujan Bulan Juni ini menjadi salah satu puisi tersingkat selama proses pembuatannya, dan justru puisi-puisi ciptaannya yang dibuat dengan waktu singkat sekitar 15 menit justru menjadi puisi yang begitu banyak diterima oleh masyarakat. I mean, people love that poem. Begitupun dengan puisi “Aku Ingin.”

Saya sudah pernah bilang? Jika sedang mencintai sebuah atau beberapa lagu, saya akan membuat playlist di laptop kemudian mendengarkan semua isi lagu tersebut sambil mengerjakan pekerjaan lain, baik itu dengan speaker maupun dengan headset putih favorit saya. Nah, lagu musikalisasi puisi milik Sapardi yang dinyanyikan oleh Ari Reda ini sempat menjadi list dalam lagu lagu favorit saya.
Saat itu, saya sedang cinta cintanya dengan Musik Indie, jadilah lagu-lagu: Ari Reda, Banda Neira, Payung Teduh, Float, Amigdala, Figura Renata, Dialog Dini Hari, sekaligus Fiersa Besari menjadi playlist yang selalu saya incar setiap kali mendengarkan musik.

Dan saat ini, disinilah saya sedang menulis, ungkapan turut berduka cita atas berpulangnya Ari Malibu yang kerap disapa Ari, seniman indie yang cukup menginspirasi. Kalau kata pemusik indie lainnya, mereka, Ari Reda, adalah seniornya musik indie di Indonesia, sejak tahun 1982. Mereka sudah lebih dahulu ada sebelum Banda Neira, yang cukup terkenal.

Setelah searching sana sini, ternyata Mas Ari (eh saya nulisnya Mas Ari ni, boleh ya) mengidap penyakit kanker, dan setelah berjuang melawan penyakit tersebut tepat pada tanggal 14 Juni 2018 malam, ketika Takbir Lebaran Idul Fitri berkumandang memenuhkan isi langit dan bumi, Mas Ari menghembuskan nafas terakhirnya.

Malam ini sambil menulis tulisan ini saya kembali memutar mutar lagu Ari Reda, dan hati saya kembali berbunga mendengar lantunan suara merdu Reda dan Ari serta petikan gitar Ari.
Seperti lagu Ari Reda yang berjudul “Senjapun jadi kecil, Kota pun jadi putih”. Lagu tersebut seperti menyihir dan menampar kecemasan saya, kemudian saya jatuh cinta pada lagu tersebut dan menjadikan latar video story instagram saya pada suatu hari.

Dan di sinilah saya masih mengenang lagu lagu Ari Reda yang begitu menyentuh kalbu. Karena itu alasan mengapa saya jatuh cinta pada musik indie.

Dan
Selamat hari lebaran.
Kata Mamak, kapan main kerumah?

Aaahhaakkkkk . . . . .
Iya, nanti aku ke rumah kamu.

Note:
2 akun IG yang mengucapkan turut berduka pada Mas Ari adalah Fiersa Besari dan Rintik Sedu, my fav.

No comments:

Post a Comment