Semenjak
hari itu, saya cukup rajin, ralat, sangat rajin datang ke prodi menemui dosen. Membuat
janji konsul ini itu. Bahkan, bukan hanya Doping 1 dan 2 saja yang saya
repotkan. Saya justru melakukan aksi yang sedikit unik. Saya konsultasi dengan
seorang penguji skripsi saya. Entahlah, apa yang ada di benak saya selama
merasa ‘putus asa’. Sebut saja, dosen penguji saya adalah seorang dosen
laki-laki muda yang begitu antusias dengan ‘diskusi’. Jadi saya benar-benar
tidak menyianyiakan kesempatan. Bahkan saya sempat menceritakan target yang
sedang saya kerjakan saat ini. Ia cukup antusias dan mendukung usaha saya. Jadi
saya tambah bersemangat. Fighting.
Hari
ini saya konsultasi dengan Doping 2. Kemudian saya pulang mengerjakan hasil
konsultasi. Eh, tidak. Saya jarang mengerjakan skripsi dirumah kecuali saat
saat tertentu. Saya memiliki tempat favorite, sebut saja sebuah laboratorium
berukuran cukup besar, yang mampu menampung sekitar 20 komputer, kursi, meja
dan orang. Bahkan disisi kanan dan kirinya masih ada space untuk beberapa orang
duduk lesehan sambil menselojorkan kaki (orang itu adalah saya). Tempatnya
nyaman sekali, sebut saja ‘statkom’. AC nya cukup dingin, mampu mendinginkan
isi kepala yang panas setelah gagal konsul maupun mendapat PHP dari beberapa
orang penting. Ya, setidaknya begitulah.
Selain
tempat yang nyaman oke punya, laboran di sana baik. Saya sering memanggilnya
‘Bang D’. Jika sudah melihat raut wajah saya yang sedikit frustasi (atau bahkan
frustasi sekali), Bang D selalu bertanya “Kenapa
K?” Tanpa berpikir panjang saya langsung mengambil kursi di sebelahnya dan
mulai bercerita panjang lebar. Sesekali ia menanggapi dengan serius atau bahkan
bercanda.
“Jadi kok K bisa
dengan dosen itu? Bukannya dengan dosen yang ini?” itu adalah
pertanyaan dengan sebuah jawaban yang tidak pernah habis. Ada saja kesalahan di
masa lalu yang tanpa sengaja menuntun saya ke titik ini.
Biasanya,
Bang D hanya akan tersenyum dan tertawa kecil melihat kesulitan-kesulitan yang
saya hadapi. Tentu saja, Bang D sudah melewati masa-masa seperti ini. Ya,
pastinya ia tau betul bagaimana rasanya menjadi seorang mahasiswa akhir.
Tetapi, saya harus menekankan bahwa situasi apa yang saya alami berbeda dengan
beberapa teman saya lainnya, bahkan ada situasi teman saya lainnya yang lebih
rumit. Hmm begitulah masa menjadi mahasiswa akhir. Jika keluhan-keluhan mahasiswa
akhir dikumpulkan bisa menenggelamkan bumi rasanya.
Oh
iya, saya hampir lupa.
Jadi
di tempat yang disebut statkom itulah biasanya saya dan teman-teman lainnya
mengerjakan sebuah proyek yang luar biasa besar, sebuah proyek yang menentukan
akhir dari sebuah perjuangan kuliah, sebuah proyek yang disebut SKRIPSI. Jadi,
statkom menjadi salah satu tempat bersejarah saya dan teman-teman saya, dan
bukan hanya kami saja, mahasiswa akhir lainnya pun begitu. Dan, tidak hanya
sebatas tempat mengerjakan proyek besar, tempat tersebut juga menjadi salah
satu tempat sejarah cerita bahagia maupun sedih. Dindingnya sudah menjadi saksi
dan telinga bagi kami semua. Yang pasti, siapapun dan apapun yang kami tuangkan
selalu ada orang-orang terbaik yang mau mendengar dan memberikan nasihat,
setidaknya menjadi pendengar yang baik.
Let me photograph you in this light
In case it is the last time
That we might be exactly like we were
Before we realized
We were sad of getting old
It made us restless
It was just like a movie
It was just like a song
Adele
- When We Were Young
Saya
biasanya akan pulang sore hari, sekitar pukul 6. Kemudian kembali berusaha
keras dimalam harinya. Seperti biasa, headset
putih favorite (yang selalu berganti
ketika rusak) menjadi teman sejati dengan list lagu dalam windows media player
yang saya miliki hingga tengah malam. Ketika hari berganti, saya kembali ke
kampus menemui dosen. Namun kali ini bukan Doping, melainkan Dosen penguji favorite saya, seperti yang sudah saya
ceritakan sebelumnya. Ada saja masukan positif dan hal-hal baru yang saya dapat
darinya, apa itu dari segi penulisan, hasil penelitian yang saya peroleh,
maupun hanya sekedar cerita pengalaman yang begitu bermakna.
Sesekali
saya akan menimpali dengan pertanyaan seperti ini, “Pak, nanti Bapak tanya ini saja ketika saya seminar ya, ini maksudnya
begini kan Pak?” atau justru sebaliknya ketika kami sama sama mengetahui
ada yang tidak beres pada hasil saya. “Pak,
saya sudah cari tau tentang ini, tetapi tidak ada referensi yang mengatakan
begitu. Nanti jangan tanya tentang ini pas seminar maupun sidang saya ya Pak”,
kemudingan saya nyengir bahagia berharap seorang penguji favorite yang saya repotkan menjawab ‘iya’. Sambil tertawa kecil ia
menjawab “Tenang K, …”
To be continued
No comments:
Post a Comment