Wednesday, January 31, 2018

Jatuh Cinta Sama (Karya) Dia

Coba tanya hatimu sekali lagi
Sebelum engkau benar-benar pergi
Masihkah ada aku di dalamnya
Karna hatiku masih menyimpanmu
Kisah kita memang baru sebentar
Namun kesan terukir sangat indah
Ku memang bukan manusia sempurna
Tapi tak pernah berhenti mencoba
Membuatmu tersenyum
Walau tak pernah berbalas
Bahagiamu juga bahagiaku

Saat kau terlalu rapuh
Pundak siapa yang tersandar
Tangan siapa yang tak melepas
Ku yakin aku
Bahkan saat kau memilih
Untuk meninggalkan aku
Tak pernah lelah menanti
Karna ku yakin kau akan kembali

Dalam? Sedalam apa?
Sedalam rasa saya ke kamu? Atau rasa kamu ke dia?

Bukan,
Itu bukan tulisan saya.
Itu salah satu lagu ‘terdalam’ yang ada dalam favorite playlist saya. Sebenarnya baru tau lagu itu, ketika menonton siaran wawancara si pemilik lirik tersebut. Dia berkata
“Selama membuat album saya tidak pernah sacara eksplisit menyebut kata ‘cinta, sayang’. Tetapi lebih menunjukannya. Itu menjadi tantangan sendiri, agar orang orang bisa tau itu tentang apa tanpa saya sebut kata ‘cinta’ di didalamnya”.

Nyeeeees
(biasa aja)

Saya langsung searching lagu tersebut di youtube. Dan seketika jatuh cinta. Bukan, bukan sama kamu, tetapi sama lagu tersebut.

Fiersa Besari. One of my favorite. Dia jadi public figure yang membuka mata saya, betapa dunia ini begitu sempit jika kita hanya memikirkan ego di atas ego diri kita sendiri, meskipun Bung (sapaan akrab Fiersa Besari) tipikal orang yang begitu. Dia juga sosok yang jadi inspirasi saya bahwa ternyata, kita tidak perlu menjadi ‘orang bodoh’ karena pernah terjatuh. Bung pernah jatuh, jatuh hingga lupa diri. Jatuh, kemudian melakukan hal bodoh (menurutnya). Tetapi ternyata hal bodoh tersebut justru membuka matanya untuk melihat dunia.

Uniknya, yang membuat saya jatuh cinta pada (karya-karya) nya adalah, dia tipikal orang yang hidup, ya untuk melakukan hal-hal yang ia senangi –selagi itu positif. Dan menurut saya semua yang ia lakukan (hampir selalu) positif. Ia pernah bekerja di sebuah perusahaan, kemudian keluar. Kenapa? Balik lagi pada motto hidupnya, melakukan hal-hal yang ia senangi. Saya rasa dia memang bukan tipikal orang yang mau terjebak di dalam tempurung, diam, berkutat di tempat yang bersekat-sekat, di hadapan komputer, di hadapan orang-orang yang sibuk mengerjakan deadline. Entahlah, saya sendiri bukan tipikal yang cocok dengan hal seperti itu. Menurut saya, itu seperti mematikan kreatifitas.

Bung, adalah seorang pemusik, penulis, dan petualang.

Saya ulangi sekali lagi, Bung, Fiersa Besari, adalah seorang pemusik, penulis, dan petualang. Itu benar-benar ‘melakukan hal-hal yang ia senangi’. Ia meninggalkan perusahaan untuk mewujudukan jati dirinya, passionnya.

Ada sedikit iri pada diri saya ketika melihat orang-orang diluar sana yang dapat melepaskan dunia baiknya untuk melangkah dalam dunia terbaiknya. Orang-orang seperti Bung, yang pernah jatuh, pernah meninggalkan apa yang telah ia dapat, kemudian melangkah dan menemukan passion sebenarnya. Orang-orang seperti Bung, tentu tidak sedikit dan tentu juga tidak banyak. Tetapi, ada, dan akan terus ada orang-orang seperti dia. Saya salut Bung.

Saya benar-benar salut. Meski belum pernah bertemu, saya jatuh cinta dengan (karya-karya) Bung. Semoga, kapan itu kita bisa bertemu kelak ya, Bung.

Terimakasih sudah menjadi inspirasi saya, memotivasi saya dalam setiap karya-karya Bung. 


“Pasti ada satu fase di hidup kita di mana kita melihat semua sudut kota itu mengingatkan akan satu orang” – Fiersa Besari

No comments:

Post a Comment