Coba tanya
hatimu sekali lagi
Sebelum engkau
benar-benar pergi
Masihkah ada
aku di dalamnya
Karna hatiku
masih menyimpanmu
Kisah kita
memang baru sebentar
Namun kesan
terukir sangat indah
Ku memang bukan
manusia sempurna
Tapi tak pernah
berhenti mencoba
Membuatmu
tersenyum
Walau tak
pernah berbalas
Bahagiamu juga
bahagiaku
Saat kau terlalu
rapuh
Pundak siapa
yang tersandar
Tangan siapa
yang tak melepas
Ku yakin aku
Bahkan saat kau
memilih
Untuk
meninggalkan aku
Tak pernah
lelah menanti
Karna ku yakin
kau akan kembali
Dalam? Sedalam apa?
Sedalam rasa saya ke kamu? Atau rasa kamu ke dia?
Bukan,
Itu bukan tulisan saya.
Itu salah satu lagu ‘terdalam’
yang ada dalam favorite playlist
saya. Sebenarnya baru tau lagu itu, ketika menonton siaran wawancara si pemilik
lirik tersebut. Dia berkata
“Selama membuat album saya
tidak pernah sacara eksplisit menyebut kata ‘cinta, sayang’. Tetapi lebih
menunjukannya. Itu menjadi tantangan sendiri, agar orang orang bisa tau itu
tentang apa tanpa saya sebut kata ‘cinta’ di didalamnya”.
Nyeeeees
(biasa aja)
Saya langsung searching lagu tersebut di youtube. Dan
seketika jatuh cinta. Bukan, bukan sama kamu, tetapi sama lagu tersebut.
Fiersa Besari. One of my favorite. Dia jadi public figure yang membuka mata saya,
betapa dunia ini begitu sempit jika kita hanya memikirkan ego di atas ego diri
kita sendiri, meskipun Bung (sapaan akrab Fiersa Besari) tipikal orang yang
begitu. Dia juga sosok yang jadi inspirasi saya bahwa ternyata, kita tidak
perlu menjadi ‘orang bodoh’ karena
pernah terjatuh. Bung pernah jatuh, jatuh hingga lupa diri. Jatuh, kemudian melakukan hal bodoh
(menurutnya). Tetapi ternyata hal bodoh tersebut justru membuka matanya untuk
melihat dunia.
Uniknya, yang membuat
saya jatuh cinta pada (karya-karya) nya adalah, dia tipikal orang yang hidup,
ya untuk melakukan hal-hal yang ia senangi –selagi itu positif. Dan menurut
saya semua yang ia lakukan (hampir selalu) positif. Ia pernah bekerja di sebuah
perusahaan, kemudian keluar. Kenapa? Balik lagi pada motto hidupnya, melakukan
hal-hal yang ia senangi. Saya rasa dia memang bukan tipikal orang yang mau terjebak
di dalam tempurung, diam, berkutat di tempat yang bersekat-sekat, di hadapan komputer,
di hadapan orang-orang yang sibuk mengerjakan deadline. Entahlah, saya sendiri bukan tipikal yang cocok dengan
hal seperti itu. Menurut saya, itu seperti mematikan kreatifitas.
Bung, adalah seorang
pemusik, penulis, dan petualang.
Saya ulangi sekali lagi,
Bung, Fiersa Besari, adalah seorang pemusik,
penulis, dan petualang. Itu benar-benar ‘melakukan hal-hal yang ia senangi’.
Ia meninggalkan perusahaan untuk mewujudukan jati dirinya, passionnya.
Ada sedikit iri pada
diri saya ketika melihat orang-orang diluar sana yang dapat melepaskan dunia
baiknya untuk melangkah dalam dunia terbaiknya. Orang-orang seperti Bung, yang
pernah jatuh, pernah meninggalkan apa yang telah ia dapat, kemudian melangkah
dan menemukan passion sebenarnya. Orang-orang
seperti Bung, tentu tidak sedikit dan tentu juga tidak banyak. Tetapi, ada, dan
akan terus ada orang-orang seperti dia. Saya salut Bung.
Saya benar-benar salut.
Meski belum pernah bertemu, saya jatuh cinta dengan (karya-karya) Bung. Semoga,
kapan itu kita bisa bertemu kelak ya, Bung.
Terimakasih sudah
menjadi inspirasi saya, memotivasi saya dalam setiap karya-karya Bung.
“Pasti ada satu fase di hidup kita di
mana kita melihat semua sudut kota itu mengingatkan akan satu orang” – Fiersa Besari
No comments:
Post a Comment