Friday, October 20, 2017

Mine

“Beberapa orang akan bertahan, sebab mereka percaya pada harapan”
Kalau kata orang, ‘kita tidak akan pernah tau sebuah akhir jika kita tidak pernah memulai – tidak pernah melewati proses’.

Berbicara proses, saya akan menulis bagian “Mine” yang pernah saya janjikan dahulu.

Memasuki Tahun Kelima
Saya ingin berhenti dari segala hal, berhenti bermimpi.
Saya pernah bilang, saya tidak bisa dikecewakan. Karena ketika dikecewakan, saya justru akan kecewa pada diri sendiri. Saya kecewa, karena ternyata saya terlalu berharap, saya kecewa karena ternyata dari banyak orang yang lebih pantas membuat saya kecewa kenapa harus dia yang membuat saya kecewa.

Kemudian saya berhenti. Berhenti menjadi diri saya sendiri.

Saya masih ingat, waktu itu sentuhan lembut di bahu saya seraya berkata “yang sabar ya” justru membuat saya berlari dan menyendiri seorang diri. Tak saya hiraukan panggilan teman-teman lainnya, yang saya butuhkan saat itu hanyalah menyembunyikan semua luka sendiri. Saya masih memiliki hobi favorite, mengendarai motor melewati jembatan A menuju jembatan B, kemudian kembali ke jembatan A sambil menjernihkan pikiran. Atau sesekali saya akan menyapu sudut mata yang basah dengan deru ombak dan hembusan angin yang bisa membuat saya lebih tenang. See, saya selalu punya cara membuat diri menjadi lebih baik, seakan tidak terjadi apa-apa.

Awal Tahun Kelima
Saya tak lagi peduli pada apa yang membuat saya harus bersedih saat itu. Bagi saya, mengingat luka justru membuat saya semakin sulit melangkah. Menjadi sedikit lebih ego, itulah diri saya saat itu.
Melihat satu persatu mimpi teman-teman mulai terjawab, bukan justru memotivasi saya untuk menyamai kedudukan mereka. Saya justru asik bermain dengan ‘dunia lain’. Saya mulai lebih rajin melakukan hunting foto, beberapa kali mengikuti event lomba foto dan beberapa diantaranya mendapat penghargaan. Saya juga lebih sering membuka software mengedit video ketimbang software mengolah data. Sesekali saya juga diajari menggunakan software untuk mendesain. Percayalah, saya benar-benar tidak peduli pada itu semua saat itu.

Saya rasa, itu salah satu bentuk pelampiasan saya pada sebuah kegagalan. Mengasah hal-hal kreatif yang sejak dulu ingin saya tuangkan, tetapi tidak pernah ada ruang. 

“Ada dua keuntungan dari kegagalan. Pertama jika kamu gagal, kamu belajar menemuan apa yang tidak bekerja didalam dirimu. Kedua, kegagalan memberi peluang mencoba jalan lain” Selebgram Movie

Tenang, saya bukan tipikal orang yang berubah berantakan ketika menuai kegagalan. Saya justru percaya pada “ketika mimpi-mimpimu hilang, jangan biarkan ia menguap, tetapi gantilah ia dengan mimpi-mimpi yang baru”. Dan belajar menemukan apa yang selama ini tidak bekerja didalam diri saya, itu yang ternyata sedang saya lakukan tanpa saya sadari. Serta, memberi peluang mencoba jalan lain, itu pula yang ternyata saya dapatkan tanpa saya rencakan.

Dan disanalah saat itu saya duduk dengan seorang teman baik, sebut saja namanya A. Percakapan kami pun dimulai.
“A, ikut ini yuk” saya menunjuk sebuah gambar brosur dari hp saya.
“Apa ini?”
Kamipun berdiskusi.
“Kita punya satu kesamaan loh, sama sama tau rasanya ditinggalin oleh sahabat kita.” Ucap saya waktu itu dengan nada minor dan tatapan seakan menerawang masa lalu. A hanya tertawa.
“Beda. Kalau kamu ditinggalin tapi sudah pernah memulainya bersama mereka. Aku ditinggalin, tapi belum pernah memulainya sedikitpun.” jawabnya. Saya diam sesaat, memikirkan jawabannya.
“Benar juga sih. Ah, intinya kita sama-sama ditinggalin.” Saya tidak mau kalah. “Jadi, kita ikut ini yuk,..” dan percakapan kami pun berlanjut.


Tau apa yang akan kami ikuti?

To be continued

No comments:

Post a Comment