“Karena
kasih seorang Ibu tidak pernah bisa terbalaskan.”
Seseorang
yang kerap kamu kecewakan, ia adalah seorang ibu. Yang telah mengandung
anak-anaknya selama sembilan bulan juga yang mengorbankan seluruh hidupnya
hingga nafas terakhir demi kelahiran bayinya meskipun terkadang ia tak sempat
melihat kehidupannya. Bukankah Ibu adalah wanita paling tangguh yang telah
Tuhan ciptakan di dunia ini? Lalu kenapa masih membuatnya kecewa?
Seseorang
yang kerap membuatmu kesal, padahal jauh di dalam hatinya tanpa kamu tau ia
begitu menyayangi buah hati pujaannya –kamu. Ibu yang terkadang berperan
sebagai sosok ayah, mencarikan nafkah untuk keluarga, membiayai pendidikanmu,
membelikan barang-barang yang kamu inginkan, sesungguhnya ia adalah wanita kuat
yang di ciptakan Tuhan di dunia ini. Tetapi kenapa masih membuatnya kesal
padahal ia tidak pernah berniat membuatmu kesal?
Seseorang
yang kerap pada waktu tertentu pernah kamu caci, sesungguhnya ia tengah
berusaha keras membuatmu menyayanginya sebagai seorang ibu. Ibu, yang selalu
kau temukan ketika kau terjaga di pagi hari, yang selalu mengelus kepalamu
seraya mendoakanmu, yang tanpa pamrih mendoakan keselamatanmu dalam setiap
perjalanan, juga yang tanpa henti membanggakanmu di hadapan ibu-ibu lainnya.
Namun apa yang kamu balas kepadanya? Pantaskah cacian tanpa nurani itu keluar
dari mulut seorang anak yang tumbuh besar karena seorang ibu? Kenapa masih
mengeluarkan cacian yang sama sekali tidak pantas untuk seorang ibu padahal ia
telah membanting seluruh tubuhnya, mencucurkan semua keringatnya demi menjagamu
tetap tumbuh dan bahagia.
Seseorang
yang kerap membuatmu marah karena segudang larangan yang ia berikan padamu,
percayalah ia sedang menjagamu dari kejamnya hal-hal yang terjadi di dunia.
Ibu, yang selalu berpikir panjang ketika kau melakukan hal ini hal itu, ia
sedang membuat rancangan hidup sederhana untukmu agar kelak menjadi manusia
sukses. Ia yang siap menjadi dinding kokoh pelindungmu ketika teman-teman
mengatakan keburukanmu pun keluargamu. Namun kenapa pada suatu waktu kau lebih
mementingkan teman-temanmu itu dari pada seorang ibu –keluargamu sendiri?
Tidakkah matamu terbuka juga hingga tangis yang keluar dari mata seorang ibu akibat
kelakuanmu itu? Bahkan setelah itu, ia akan tetap memaafkanmu. Ibu seperti apa
lagi yang menjadi impianmu jika wanita yang kau panggil Ibu saat ini masih
tersenyum dan memberikan segudang nasihat kepadamu itu belum cukup untuk
membuatmu tidak marah kepadanya?
Ibu.
Berapa
tumpukan gunung dosa yang telah saya bangun karena semua rasa yang sama sekali
tidak pantas kau terima ini? Kata maaf seperti apa lagi yang harus saya ucapkan
agar Tuhan mau memaafkan segala dosa saya, ibu?
Dari
segala yang kita alami, saya tau Ibu tidak pernah menyimpan dendam sekalipun
pada anak yang kerjanya hanya membuatmu sedih. Meskipun ibu pernah sekali dua
kali atau berkali-kali kesal dan marah kepada saya, namun itu semua semata
karena ibu sayang pada saya, pada anak yang belum bisa membuatmu bangga.
Maafkan saya bu. Pada akhirnya, semua perkataanmu benar, semua nasihat-nasihat
itu adalah titipan Tuhan pada Ibu agar tetap tegar dan kuat mendidik
anak-anaknya –titipan Tuhan pada Ibu.
Sabarlah,
bu. Saya kelak akan menjadi seorang anak yang sukses seperti impian Ibu. Doakan
saya, bu. Tanpa doa dan dukunganmu, saya hanya pahit getir dalam gula, tak
pernah ada.
#Fasting21
No comments:
Post a Comment