Thursday, July 9, 2015

Ibu



“Karena kasih seorang Ibu tidak pernah bisa terbalaskan.”

Seseorang yang kerap kamu kecewakan, ia adalah seorang ibu. Yang telah mengandung anak-anaknya selama sembilan bulan juga yang mengorbankan seluruh hidupnya hingga nafas terakhir demi kelahiran bayinya meskipun terkadang ia tak sempat melihat kehidupannya. Bukankah Ibu adalah wanita paling tangguh yang telah Tuhan ciptakan di dunia ini? Lalu kenapa masih membuatnya kecewa?

Seseorang yang kerap membuatmu kesal, padahal jauh di dalam hatinya tanpa kamu tau ia begitu menyayangi buah hati pujaannya –kamu. Ibu yang terkadang berperan sebagai sosok ayah, mencarikan nafkah untuk keluarga, membiayai pendidikanmu, membelikan barang-barang yang kamu inginkan, sesungguhnya ia adalah wanita kuat yang di ciptakan Tuhan di dunia ini. Tetapi kenapa masih membuatnya kesal padahal ia tidak pernah berniat membuatmu kesal?

Seseorang yang kerap pada waktu tertentu pernah kamu caci, sesungguhnya ia tengah berusaha keras membuatmu menyayanginya sebagai seorang ibu. Ibu, yang selalu kau temukan ketika kau terjaga di pagi hari, yang selalu mengelus kepalamu seraya mendoakanmu, yang tanpa pamrih mendoakan keselamatanmu dalam setiap perjalanan, juga yang tanpa henti membanggakanmu di hadapan ibu-ibu lainnya. Namun apa yang kamu balas kepadanya? Pantaskah cacian tanpa nurani itu keluar dari mulut seorang anak yang tumbuh besar karena seorang ibu? Kenapa masih mengeluarkan cacian yang sama sekali tidak pantas untuk seorang ibu padahal ia telah membanting seluruh tubuhnya, mencucurkan semua keringatnya demi menjagamu tetap tumbuh dan bahagia.

Seseorang yang kerap membuatmu marah karena segudang larangan yang ia berikan padamu, percayalah ia sedang menjagamu dari kejamnya hal-hal yang terjadi di dunia. Ibu, yang selalu berpikir panjang ketika kau melakukan hal ini hal itu, ia sedang membuat rancangan hidup sederhana untukmu agar kelak menjadi manusia sukses. Ia yang siap menjadi dinding kokoh pelindungmu ketika teman-teman mengatakan keburukanmu pun keluargamu. Namun kenapa pada suatu waktu kau lebih mementingkan teman-temanmu itu dari pada seorang ibu –keluargamu sendiri? Tidakkah matamu terbuka juga hingga tangis yang keluar dari mata seorang ibu akibat kelakuanmu itu? Bahkan setelah itu, ia akan tetap memaafkanmu. Ibu seperti apa lagi yang menjadi impianmu jika wanita yang kau panggil Ibu saat ini masih tersenyum dan memberikan segudang nasihat kepadamu itu belum cukup untuk membuatmu tidak marah kepadanya?

Ibu.
Berapa tumpukan gunung dosa yang telah saya bangun karena semua rasa yang sama sekali tidak pantas kau terima ini? Kata maaf seperti apa lagi yang harus saya ucapkan agar Tuhan mau memaafkan segala dosa saya, ibu?

Dari segala yang kita alami, saya tau Ibu tidak pernah menyimpan dendam sekalipun pada anak yang kerjanya hanya membuatmu sedih. Meskipun ibu pernah sekali dua kali atau berkali-kali kesal dan marah kepada saya, namun itu semua semata karena ibu sayang pada saya, pada anak yang belum bisa membuatmu bangga. Maafkan saya bu. Pada akhirnya, semua perkataanmu benar, semua nasihat-nasihat itu adalah titipan Tuhan pada Ibu agar tetap tegar dan kuat mendidik anak-anaknya –titipan Tuhan pada Ibu.

Sabarlah, bu. Saya kelak akan menjadi seorang anak yang sukses seperti impian Ibu. Doakan saya, bu. Tanpa doa dan dukunganmu, saya hanya pahit getir dalam gula, tak pernah ada.

#Fasting21

No comments:

Post a Comment