Saturday, January 10, 2015

Ada


Ada
Ada yang perlahan bergerak mundur
Ada
Ada yang perlahan bergegas pergi
Ada
Ada yang perlahan menghilang
Ada
Dan ada . . .

“Aku harus pergi” katanya sambil bergegas merapikan sebongkah kertas yang berceceran di meja.
“Kenapa terburu-buru?” gadis itu melihat tingkah yang tidak biasa dari sosok laki-laki yang beberapa saat lalu masih membuatnya tertawa, membuatnya merasa nyaman.
“Aku. . .hmm” laki-laki itu sedikit bergumam dalam diamnya, memikirkan jawaban yang akan ia berikan. “Sebaiknya kau pulang saja, aku harus pergi.”
Gadis itu menunduk, terdiam untuk beberapa waktu, kemudian membalikkan badan dan perlahan bergegas pergi meninggalkan laki-laki yang mengusirnya dengan lembut. Matanya berair, tetapi ia biarkan genangan air pada pelupuk matanya memenuhi seluruh ruang bola matanya, agar kemudian terjatuh.

Ada
Ada yang menyimpan rasa
Ada
Ada yang menyimpan luka
Ada
Ada yang menyimpan rindu
Ada . . .

“Hey, tolong ambilkan tas itu.” Katanya sambil menunjuk kearah meja sebelah kiri tempat gadis itu duduk.
Gadis itu memutar badan, menemukan pemilik tas lelaki yang sejak tadi ditatapnya “Ini.” Sambutnya sambil mengulurkan tas lelaki itu.
“Terimakasih.” Jawab pria itu sambil tersenyum.
“Aku senang melihat senyum kamu seperti itu. Rasanya, nyaman.” Kata gadis yang sejak tadi ragu memulai untuk berbicara.
Mendengar gadis itu berbicara, laki-laki tersebut mengangkat wajahnya dan menatap gadis itu. Dilihatnya bola mata yang menatapnya dengan arti tatapan yang lain. Kemudian ia kembali menunduk. Dan suasana kembali hening seperti sebelumnya.
“Kau tau? Terkadang yang dibutuhkan dalam hidup ini hanya 2, yaitu udara untuk bernafas dan seseorang sebagai teman hidup. Kau hanya butuh mencari seseorang itu, karena udara telah tersedia disekitarmu, mungkin begitupun seseorang tersebut.” Kata gadis itu lembut, mencoba mengambil suasana.
Sedangkan lelaki lawan bicaranya hanya mendegar tanpa berkomentar apa-apa. Ia sibuk dengan kertas-kertas dan segala alat tulis yang dari tadi menjadi teman dalam keheningannya.
“Aku senang, senang ketika kamu membuatku merasa nyaman.” Sambung gadis itu kembali.
Setelah itu hening, tidak ada percakapan sama sekali.
Detik bergulir seiring hembusan nafas yang terlimat semu. Suasana  masih belum mencair hingga 1 jam terlewati. Sosok gadis itu masih dengan khidmatnya menikmati wajah lelaki yang entah kapan akan meliriknya walau hanya untuk beberapa detik. Hingga si gadis merasa bahwa waktu tidak akan kembali bergulir dalam genggaman tangannya. Ia berkata “Aku akan pergi.” Dan langkahnya mulai mengayun melewati bilik pintu yang terasa begitu berat. Ia berjalan, mencoba membawa serpihan jiwanya yang mungkin tertinggal dihadapan sosok lelaki tersebut. Ia berjalan, dan terus berjalan tanpa menoleh ke belakang. Selamanya.

Ada
Ada yang mencoba bertahan
Ada
Ada yang mencoba menahan tangis
Ada
Ada yang mencoba bahagia
Ada . . .

No comments:

Post a Comment