Ada
Ada yang perlahan bergerak mundur
Ada
Ada yang perlahan bergegas pergi
Ada
Ada yang perlahan menghilang
Ada
Dan ada . . .
“Aku harus pergi” katanya sambil bergegas merapikan
sebongkah kertas yang berceceran di meja.
“Kenapa terburu-buru?” gadis
itu melihat tingkah yang tidak biasa dari sosok laki-laki yang beberapa saat
lalu masih membuatnya tertawa, membuatnya merasa nyaman.
“Aku. . .hmm” laki-laki itu
sedikit bergumam dalam diamnya, memikirkan jawaban yang akan ia berikan. “Sebaiknya
kau pulang saja, aku harus pergi.”
Gadis itu menunduk, terdiam
untuk beberapa waktu, kemudian membalikkan badan dan perlahan bergegas pergi
meninggalkan laki-laki yang mengusirnya dengan lembut. Matanya berair, tetapi
ia biarkan genangan air pada pelupuk matanya memenuhi seluruh ruang bola
matanya, agar kemudian terjatuh.
Ada
Ada yang menyimpan rasa
Ada
Ada yang menyimpan luka
Ada
Ada yang menyimpan rindu
Ada . . .
“Hey, tolong ambilkan tas
itu.” Katanya sambil menunjuk kearah meja sebelah kiri tempat gadis itu duduk.
Gadis itu memutar badan,
menemukan pemilik tas lelaki yang sejak tadi ditatapnya “Ini.” Sambutnya sambil
mengulurkan tas lelaki itu.
“Terimakasih.” Jawab pria
itu sambil tersenyum.
“Aku senang melihat senyum
kamu seperti itu. Rasanya, nyaman.” Kata gadis yang sejak tadi ragu memulai
untuk berbicara.
Mendengar gadis itu
berbicara, laki-laki tersebut mengangkat wajahnya dan menatap gadis itu.
Dilihatnya bola mata yang menatapnya dengan arti tatapan yang lain. Kemudian ia
kembali menunduk. Dan suasana kembali hening seperti sebelumnya.
“Kau tau? Terkadang yang
dibutuhkan dalam hidup ini hanya 2, yaitu udara untuk bernafas dan seseorang
sebagai teman hidup. Kau hanya butuh mencari seseorang itu, karena udara telah
tersedia disekitarmu, mungkin begitupun seseorang tersebut.” Kata gadis itu
lembut, mencoba mengambil suasana.
Sedangkan lelaki lawan
bicaranya hanya mendegar tanpa berkomentar apa-apa. Ia sibuk dengan
kertas-kertas dan segala alat tulis yang dari tadi menjadi teman dalam
keheningannya.
“Aku senang, senang ketika
kamu membuatku merasa nyaman.” Sambung gadis itu kembali.
Setelah itu hening, tidak
ada percakapan sama sekali.
Detik bergulir seiring
hembusan nafas yang terlimat semu. Suasana masih belum mencair hingga 1 jam terlewati. Sosok
gadis itu masih dengan khidmatnya menikmati wajah lelaki yang entah kapan akan
meliriknya walau hanya untuk beberapa detik. Hingga si gadis merasa bahwa waktu
tidak akan kembali bergulir dalam genggaman tangannya. Ia berkata “Aku akan
pergi.” Dan langkahnya mulai mengayun melewati bilik pintu yang terasa begitu
berat. Ia berjalan, mencoba membawa serpihan jiwanya yang mungkin tertinggal
dihadapan sosok lelaki tersebut. Ia berjalan, dan terus berjalan tanpa menoleh
ke belakang. Selamanya.
Ada
Ada yang mencoba bertahan
Ada
Ada yang mencoba menahan tangis
Ada
Ada yang mencoba bahagia
Ada . . .
No comments:
Post a Comment