Monday, August 11, 2014

?? Tears!



Air mata ibarat bidadari, bisa menghibur meski tidak menyembuhkan luka

Kalau ada yang takut nangis, menurut saya itu bodoh. Maaf. Kenapa harus takut menangis jika dengan menangis sedikit bebanmu bisa ikut menguap bersama tetesan air mata itu? Takut di-cap ‘cengeng’ oleh teman-temanmu? Atau takut di-cap ‘tidak gentleman’? Yang mana?

Menangis memang tidak menyembuhkan luka, tetapi apakah menangis akan menambah luka mu? Tidak kan! Jadi ya kenapa harus takut menangis? Dia tidak akan berubah menjadi sesosok makhluk jahat yang kemudian akan menyakitimu kan? Air mata tersebut juga tidak akan berkumpul dan membentuk suatu butiran besar yang bisa bergerak bebas kemudian menenggelamkanmu, ibaratnya seperti mobil-mobil unik yang berubah menjadi robot besar yang bisa mengoperasikan beberapa persenjataan dalam film “Transformers”.

Hey, menangis benar-benar tidak akan membuat mu ‘patah’ jadi kenapa masih tetap takut? Menangis memiliki fungsi yang hampir sama dengan obat, setidaknya akan sedikit meredakan sakit mu –meski tidak menyembuhkan luka. Jadi, jangan salahkan saya, kamu, dia, mereka, siapapun yang menangis. Mereka bukan cengeng, atau sebutan apapun yang saat ini sedang kau pikirkan. “Saya, kamu, dia, mereka”,  hanya ingin mengurangi sedikit lukanya. Berhentilah menyebut ‘cengeng’ itu.

Kalau sudah berada pada posisi-posisi terendah dalam hidup ini, air mata yang akan setia menemanimu –itu pun kalau kamu mau berteman dengannya. Berbicara tentang air mata, sudah berapa liter air mata yang saya gunakan (read : tumpah begitu saja) selama hidup ini ya? *berpikir
Kalau kamu bagaimana? Sudah berapa liter?

Suatu hari, saya pernah dihadapkan oleh berbagai macam kesedihan, mulai dari A hingga L mungkin (saya hanya mengira-ngira saja), setelah hari tersebut saya lewati, ya tentu saja dengan segala tumpahan air mata (read : bukan cengeng) dan entah sudah berapa banyak air mata yang ter-keluarkan begitu saja. Ah, andai saya dapat menampungnya (._.’). Kemudian saya berpikir, bahwa benar air mata akan setia menemani. Bukan karena ia memiliki alasan yang sama, bahwa ia berharap, kamu –si pemilik air mata– akan setia menemaninya pula ketika ia bersedih. Kesetian air mata itu seperti kesetiaanya cangkang telur yang melindungi calon generasi di dalamnya. Air mata, akan terus berada di posisinya, menanti kehadiranmu membagi sakit serta luka bersamanya. Ia akan siap kapanpun kamu membutuhkannya, lahir batin. Jadi, air mata itu setiakan?!

Saya juga berpikir, kalau setiap harinya air mata itu terbatas, apa yang akan terjadi? Seperti pada ‘suatu hari’ yang terjadi pada saya. Ketika air mata yang saya miliki pada hari itu terbatas, namun saya masih ingin menangis, bagaimana? Apakah ia akan tetap keluar, bukankah ia terbatas? Atau jika dalam hidup ini, air mata yang saya miliki terbatas hanya sebanyak 2 liter. Kemudian pada usia 20 saya sudah menghabiskan semua air mata tersebut, dan ketika saya ingin menangis pada usia 21 air mata tersebut sudah kering. Apa yang akan terjadi? Haruskah saya menghemat menggunakan air mata dalam setiap kesedihan saya? Bagaimana caranya?

Ternyata benar, air mata itu setia. Semoga kesetiaanya tidak pernah terbatas.

“Welcome to my life, tears”

No comments:

Post a Comment